Angora Stambum.
Thursday,
June 13th 2013.
Learning
Objectives.
Bagaimana pemeriksaan
secara legeartis pada kucing yang terinfeksi ektoparasit di daerah telinga ?
Pembahasan.
Pemeriksaan
pada kucing secara legeartis.
A. Registrasi
Registrasi
yaitu: pencatatan data pemilik dan data dari pasien. Registrasi untuk klien meliputi
pencatatan nama, alamat, dan nomor telepon klien. Registrasi untuk pasien
meliputi breed (ras), sex (jenis kelamin), age (umur), dan specific pattern
(tanda yang menciri) (B-S-A-S). Registrasi ditulis di sebuah kertas yang
disebut ambulatoir, dimana masnig-masing spesies hewan berbeda-beda warnanya,
pada kucing ambulatoir berwarna biru.
Materi lain untuk Registrasi antara
lain Keterangan status vaksinasi dan keadaan kesehatan, keterangan tentang
penyakit yang sedang diderita serta penanganan yang sudah dilakukan, alasan
konsultasi, sejarah penyakit, hasil Pemeriksaan, hasil pemeriksaan tambahan
(laboratorium, Rongent, Histopat dll). Diagnosis, Prognosis, dan terapi/pengobatannya,
tindakan operasi dan rujukan.
B.
Anamnesa
Anamnesa
merupakan wawancara terhadap klien untuk mendapatkan kunci mengenai keadaan
pasien. Dengan anamnesa drh dapat mengetahui
informasi tentang gambaran keadaan hewan mulai sakit sampai sekarang, Kejadian
– kejadian pada waktu lampau yang ada hubunganya dengan penyakit yang sekarang
diderita. Keadaan lingkungan, hewan yang serumah/ sekandang, tetangg dsb
Menurut
Boddie (1956), sejarah
dari suatu kasus dapat dibagi menjadi pre history, immediate history, dan post
history.
a)
Prehistory. Merupakan ceerita mengenai
kejadian-kejadian sebelum terjadinya penyakit yang dikomplainkan klien..
b)
Immediate history. Merupakan sejarah sejak hewannya
pertama kali menunjukkan gejala penyakit yang dikomplainkan oleh klien hingga
saat pasien dibawa dan dirawat oleh dokter hewan..
c)
Post History. Merupakan sejarah dimana hewan
tersebut menunjukann gejala atau perubahan-perubahan setelah dirujuk ke dokter
hewan lain atau dengan pemberian obat terlebih dahulu sebelum dirujuk ke dokter
hewan.
C.
Handling
dan Restrain.
Merupakan cara
penanganan hewan sebelum diperiksa dengan cara menghalangi gerak aksi dari
hewan secara fisik.
Beberapa hal yang
harus diingat sebelum melakukan handling pada kucing adalah:
a.
Gunakan
metode handling paling
minimal atau sederhana.
b.
Pastikan
pintu dan jendela tertutup rapat, karena kucig merupakan hewan yang pandai
untuk melarikan diri.
c.
Jangan
pernah memperlakukan semua kucing itu sama, karena kita harus memperhatikan
juga bahasa tubuh dari kucing.
d.
Jangan
memegang kucing terlalu kencang, karena akan menyebabkan kucing merasa terancam
dan kucing akan mencoba untuk memberikan perlawanan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melakukan handling adalah:
a.
Memegang kepala kucing dengan kedua tangan (posisi jempol
diatas kepala kucing).

b.
Memegang
kaki kucing dengan cara menjepitkan jari-jari kita di sela-sela kaki kucing
(Lane, 2004; Aspinall, 2006).
c.
Dengan memegang tengkuk dengan kaki kiri
dan memegang kaki belakang dengan tangan satunya lagi.
(Crow,2009)
Restrain

Transquilizer termasuk dalam golongan psikhofarmaka,
transqulizer adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa takut dan
ketegangan, disebut juga dengan minor transquilizer atau anksiolitika, obat ini
juga digunakan untuk mengobati keadaan neurosis dengan gejala : syaraf,
kegelisahan, kebimbangan, dan tegang dan mudah marah. ( Anief, 1995 ).
Fungsi restrain:
a.
Supaya
hewan tenang saat diperiksa.
b.
Mempermudah
pemeriksaan.
c.
Mempermudah
pemberian obat atau penanganan.
d.
Mencegah
kemungkinan terjadinya cidera.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melakukan restrain adalah:
a.
Menggunakan
handuk untuk menutupi (menggulung) tubuh kucing.
b.
Menggunakan
Cat Restrain Bag.
c.
Menggunakan
penutup kepala kucing (Muzzles).
d.
Menggunakan
Cat Lasso (Lane, 2004; Aspinall, 2006).
D. Pemeriksaan umum
a.
Inspeksi
adalah melihat, membau, dan mendengarkan tanpa alat bantu. Terbagi menjadi 2,
yaitu adspeksi (jarak jauh), seperti
tingkah laku, cara berjalan/berdiri, keadaan umum, kandang. Inspeksi (jarak dekat) (Perlu
Restrain), gunanya untuk pemeriksaan lebih seksama
b.
Pemeriksaan
pulsus dan nafas
Pemeriksaan
pulsus pada kucing dengan meraba arteri femoralis di sebelah medial femur.
Normal pulsus kucing yaitu 92-150 x / menit. Pemeriksaan nafas dapat dilakukan dengan
cara melihat kembang kempisnya daerah toracoabdominal atau menempelkan telapak
tangan di depan cuping hidung. Normal nafas kucing adalah 26-48 kali/menit.
c.
Pemeriksaan
suhu tubuh
Dapat
dilakukan lewat anus ataupun rongga mulut bila ada kelainan di anus, dengan
menambahkan 0,50C karena di mulut terjadi evaporasi. Suhu tubuh
normal kucing adalah 37,6-39,40C.
d.
Pemeriksan
selaput lendir
Conjungtiva
Selaput lender hidung, mulut, dan
vulva.
Pemeriksaan
ektoparasit di daerah di sekitar telinga.
Otodectes cynotis.
Pemeriksaan O.cynotis dapat dilakukan dengan otoskope atau dengan
mikroskop bahkan dapat secara visual. Cahaya otoskope menyebabkan tungau keluar
dari lapisan lilin telinga dan pindah ke permukaan yang gelap sehingga tungau
mudah membentuk titik (spot). Pada pemeriksaan dengan otoskope dapat
digunakan pisau yang tajam sebagai alat bantu untuk mengikis kulit.
Pemeriksaan mikroskop yaitu pemeriksaan reruntuhan kulit terhadap adanya O. cynotis dibawah mikroskop.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggunakan cotton tipped yang
telah dibasahi karbo gliserin atau propilen glikol, kemudian dimasukkan ke
dalam saluran telinga dengan cara dimiringkan dan diputar-putar. Selanjutnya
sampel tersebut diamati di bawah mikroskop (Colville, 1991).
Tetes telinga yang mengandung acarisid, antibiotic, anti
jamur, analgetik, corticosteroid, Acaricide gamma HCN, piperonyl butoxide,
rotenone Sebelum diobati, liang telinga dibersihkan dulu. Pengobatan diulang
dalam 10 – 14 hari untuk membunuh tungau yang baru menetas. Pada peternakan
anjing/kennels atau anjing2 yang ada dalam 1 kandang/1 rumah, bila ada yang
kena infeksi tungau semua harus diobati (Levine,N.D., 1994).
Awal infeksi ada eksudat seperti lilin berwarna coklat,
menjadi berkerak, tungau hidup didalam kerak diatas kulit, jika ada infeksi bakteri sekunder otitis yang purulen.
Hewan sering menggeleng-gelengkan kepala, menggaruk
telinga karena gatal, adanya masa seperti lilin pada liang telinga, terjadi
luka pada liang telinga. Jika ada infeksi bakteri sekunder ada nanah, garukan
bisa terjadi iritasi pada telinga. Kepala yang sering digeleng2kan menyebabkan
hematom telinga.
Pemeriksaan laboratorik
dilakukan untuk konfirmasi diagnosis tungau
dapat ditemukan di dalam terowongan yang dibuat oleh tungau
tersebut. Kemudian diidentifikasi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut : Mengeluarkan tungau dengan ujung jarum atau skalpel
dari bagian terminal terowongan dan memeriksanya dibawah mikroskop setelah
lebih dulu dimasukan dalam tetesan KOH 10% yang ditempatkan diatas kaca objek (
Membuat kerokan kulit di daerah sekitar papula, kemudian dibuat sediaan di atas
kaca objek dengan kaca tutup, selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop). Membuat
tes tinta terowongan dengan cara menggosok papula yang terdapat pada kulit
menggunakan ujung pena yang mengandung tinta. Setelah papula tertutup oleh
tinta dan didiamkan selama 20 - 30 menit, tinta kemudian diusap/dihapus dengan
kapas yang dibasahi alkohol. Tes ini dinyatakan positif bila tinta masuk ke
dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis-garis zig-zag.
Adapun uji laboratorium yang harus dilakukan : Pemeriksaan
CBC, Hematologi, Kimia darah dan urin analisis. CBC meliputi PCV, Hb, TPP, WBC,
RBC dan Platelet sedangkan kimia darah diantaranya adalah pemeriksaan untuk
fungsi hati (ALT, ALP dan TP), fungsi ginjal (BUN, Creatinin, Ureum), glukosa
darah dan serum elektrolit. Pemeriksaan Diagnostik lain yang diperlukan adalah
Radiologi dan EKG (Iskandar., 2000)
Daftar
Pustaka.
Colville. 1991. Diagnostic
Parasitology for Veterinary Tehnicans. Americans Veterinary.
Inc. United States of America. 4S1 him.
Dharmojo,
H. 2002. Kapita Selekta Kedokteran
Veteriner (Hewan Kecil). Jakarta:
Pustaka
Populer Obor.
Iskandar, Tolibin. 2000. WARTAZOA
Vol. 10 No. 1 Th. 2000: Masalah Skabies pada Hewan dan Manusia serta Penanggulangannya.
Bogor: Balai Penelitian Veteriner.
Lane, C. B. 2003. Veterinary
Nursing .USA: Pergamon
Levine,
Norman D. 1994. Parasitologi Veteriner. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar