Selasa, 02 Juli 2013

Pemeriksaan Kucing

Angora Stambum.
Thursday, June 13th 2013.

Learning Objectives.
Bagaimana pemeriksaan secara legeartis pada kucing yang terinfeksi ektoparasit di daerah telinga ?
Pembahasan.
Pemeriksaan pada kucing secara legeartis.
A.    Registrasi
Registrasi yaitu: pencatatan data pemilik dan data dari pasien. Registrasi untuk klien meliputi pencatatan nama, alamat, dan nomor telepon klien. Registrasi untuk pasien meliputi breed (ras), sex (jenis kelamin), age (umur), dan specific pattern (tanda yang menciri) (B-S-A-S). Registrasi ditulis di sebuah kertas yang disebut ambulatoir, dimana masnig-masing spesies hewan berbeda-beda warnanya, pada kucing ambulatoir berwarna biru.
Materi lain untuk Registrasi antara lain Keterangan status vaksinasi dan keadaan kesehatan, keterangan tentang penyakit yang sedang diderita serta penanganan yang sudah dilakukan, alasan konsultasi, sejarah penyakit, hasil Pemeriksaan, hasil pemeriksaan tambahan (laboratorium, Rongent, Histopat dll). Diagnosis, Prognosis, dan terapi/pengobatannya, tindakan operasi dan rujukan.
B.     Anamnesa
            Anamnesa merupakan wawancara terhadap klien untuk mendapatkan kunci mengenai keadaan pasien. Dengan anamnesa drh dapat mengetahui informasi tentang gambaran keadaan hewan mulai sakit sampai sekarang, Kejadian – kejadian pada waktu lampau yang ada hubunganya dengan penyakit yang sekarang diderita. Keadaan lingkungan, hewan yang serumah/ sekandang, tetangg dsb
Menurut Boddie (1956), sejarah dari suatu kasus dapat dibagi menjadi pre historyimmediate history, dan post history.
a)    Prehistory. Merupakan ceerita mengenai kejadian-kejadian sebelum terjadinya penyakit yang dikomplainkan klien..
b)   Immediate history. Merupakan sejarah sejak hewannya pertama kali menunjukkan gejala penyakit yang dikomplainkan oleh klien hingga saat pasien dibawa dan dirawat oleh dokter hewan..
c)    Post History. Merupakan sejarah dimana hewan tersebut menunjukann gejala atau perubahan-perubahan setelah dirujuk ke dokter hewan lain atau dengan pemberian obat terlebih dahulu sebelum dirujuk ke dokter hewan.

C.    Handling dan Restrain.
Merupakan cara penanganan hewan sebelum diperiksa dengan cara menghalangi gerak aksi dari hewan secara fisik.
Beberapa hal yang harus diingat sebelum melakukan handling pada kucing adalah:
a.         Gunakan metode handling paling minimal atau sederhana.
b.        Pastikan pintu dan jendela tertutup rapat, karena kucig merupakan hewan yang pandai untuk melarikan diri.
c.         Jangan pernah memperlakukan semua kucing itu sama, karena kita harus memperhatikan juga bahasa tubuh dari kucing.
d.        Jangan memegang kucing terlalu kencang, karena akan menyebabkan kucing merasa terancam dan kucing akan mencoba untuk memberikan perlawanan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melakukan handling  adalah:
a.         Memegang kepala kucing dengan kedua tangan (posisi jempol diatas kepala kucing).

b.        Memegang kaki kucing dengan cara menjepitkan jari-jari kita di sela-sela kaki kucing (Lane, 2004; Aspinall, 2006).

c.         Dengan memegang tengkuk dengan kaki kiri dan memegang kaki belakang dengan tangan satunya lagi.
(Crow,2009)



Restrain
Merupakan cara penanganan hewan sebelum diperiksa dengan cara menghalangi gerak aksi dari hewan menggunakan bahan-bahan kimiawi (obat penenang). Restrain secara kimiawi adalah restrain yang menggunakan obat – obat penenang atau menggunakan Tranquilizer.
Transquilizer termasuk dalam golongan psikhofarmaka, transqulizer adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa takut dan ketegangan, disebut juga dengan minor transquilizer atau anksiolitika, obat ini juga digunakan untuk mengobati keadaan neurosis dengan gejala : syaraf, kegelisahan, kebimbangan, dan tegang dan mudah marah. ( Anief, 1995 ).
Fungsi restrain:
a.         Supaya hewan tenang saat diperiksa.
b.        Mempermudah pemeriksaan.
c.         Mempermudah pemberian obat atau penanganan.
d.        Mencegah kemungkinan terjadinya cidera.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melakukan restrain  adalah:
a.         Menggunakan handuk untuk menutupi (menggulung) tubuh kucing.
b.        Menggunakan Cat Restrain Bag.
c.         Menggunakan penutup kepala kucing (Muzzles).
d.        Menggunakan Cat Lasso (Lane, 2004; Aspinall, 2006).

D.    Pemeriksaan umum

a.      Inspeksi adalah melihat, membau, dan mendengarkan tanpa alat bantu. Terbagi menjadi 2, yaitu adspeksi (jarak jauh), seperti tingkah laku, cara berjalan/berdiri, keadaan umum, kandang. Inspeksi (jarak dekat) (Perlu Restrain), gunanya untuk pemeriksaan lebih seksama
b.      Pemeriksaan pulsus dan nafas
Pemeriksaan pulsus pada kucing dengan meraba arteri femoralis di sebelah medial femur. Normal pulsus kucing yaitu 92-150 x / menit. Pemeriksaan nafas dapat dilakukan dengan cara melihat kembang kempisnya daerah toracoabdominal atau menempelkan telapak tangan di depan cuping hidung. Normal nafas kucing adalah 26-48 kali/menit.
c.       Pemeriksaan suhu tubuh
Dapat dilakukan lewat anus ataupun rongga mulut bila ada kelainan di anus, dengan menambahkan 0,50C karena di mulut terjadi evaporasi. Suhu tubuh normal kucing adalah 37,6-39,40C. 
d.      Pemeriksan selaput lendir
Conjungtiva
Selaput lender hidung, mulut, dan vulva.

Pemeriksaan ektoparasit di daerah di sekitar telinga.
Otodectes cynotis.
Pemeriksaan O.cynotis dapat dilakukan dengan otoskope atau dengan mikroskop bahkan dapat secara visual. Cahaya otoskope menyebabkan tungau keluar dari lapisan lilin telinga dan pindah ke permukaan yang gelap sehingga tungau mudah membentuk titik (spot). Pada pemeriksaan dengan otoskope dapat digunakan pisau yang tajam sebagai alat bantu untuk mengikis kulit.
Pemeriksaan mikroskop yaitu pemeriksaan reruntuhan kulit terhadap adanya O. cynotis dibawah mikroskop. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggunakan cotton tipped yang telah dibasahi karbo gliserin atau propilen glikol, kemudian dimasukkan ke dalam saluran telinga dengan cara dimiringkan dan diputar-putar. Selanjutnya sampel tersebut diamati di bawah mikroskop (Colville, 1991).
Tetes telinga yang mengandung acarisid, antibiotic, anti jamur, analgetik, corticosteroid, Acaricide gamma HCN, piperonyl butoxide, rotenone Sebelum diobati, liang telinga dibersihkan dulu. Pengobatan diulang dalam 10 – 14 hari untuk membunuh tungau yang baru menetas. Pada peternakan anjing/kennels atau anjing2 yang ada dalam 1 kandang/1 rumah, bila ada yang kena infeksi tungau semua harus diobati (Levine,N.D., 1994).
Awal infeksi ada eksudat seperti lilin berwarna coklat, menjadi berkerak, tungau hidup didalam kerak diatas kulit, jika ada infeksi bakteri sekunder otitis yang purulen. Hewan sering menggeleng-gelengkan kepala, menggaruk telinga karena gatal, adanya masa seperti lilin pada liang telinga, terjadi luka pada liang telinga. Jika ada infeksi bakteri sekunder ada nanah, garukan bisa terjadi iritasi pada telinga. Kepala yang sering digeleng2kan menyebabkan hematom telinga.
Pemeriksaan laboratorik dilakukan untuk konfirmasi diagnosis tungau dapat ditemukan di dalam terowongan yang dibuat oleh tungau tersebut. Kemudian diidentifikasi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : Mengeluarkan tungau dengan ujung jarum atau skalpel dari bagian terminal terowongan dan memeriksanya dibawah mikroskop setelah lebih dulu dimasukan dalam tetesan KOH 10% yang ditempatkan diatas kaca objek ( Membuat kerokan kulit di daerah sekitar papula, kemudian dibuat sediaan di atas kaca objek dengan kaca tutup, selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop). Membuat tes tinta terowongan dengan cara menggosok papula yang terdapat pada kulit menggunakan ujung pena yang mengandung tinta. Setelah papula tertutup oleh tinta dan didiamkan selama 20 - 30 menit, tinta kemudian diusap/dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes ini dinyatakan positif bila tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis-garis zig-zag.
Adapun uji laboratorium yang harus dilakukan : Pemeriksaan CBC, Hematologi, Kimia darah dan urin analisis. CBC meliputi PCV, Hb, TPP, WBC, RBC dan Platelet sedangkan kimia darah diantaranya adalah pemeriksaan untuk fungsi hati (ALT, ALP dan TP), fungsi ginjal (BUN, Creatinin, Ureum), glukosa darah dan serum elektrolit. Pemeriksaan Diagnostik lain yang diperlukan adalah Radiologi dan EKG (Iskandar., 2000)

Daftar Pustaka.
Colville. 1991. Diagnostic Parasitology for Veterinary Tehnicans. Americans Veterinary.
Inc. United States of America. 4S1 him.
Dharmojo, H. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner (Hewan Kecil). Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Iskandar, Tolibin. 2000. WARTAZOA Vol. 10 No. 1 Th. 2000: Masalah Skabies pada Hewan dan Manusia serta Penanggulangannya. Bogor: Balai Penelitian Veteriner.
Lane, C. B. 2003. Veterinary Nursing .USA: Pergamon

Levine, Norman D. 1994. Parasitologi Veteriner. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar