Sabtu, 01 Maret 2014

15.1

" Kejang ".
Thursday, December 19th 2013
Learning Objectives.
1.      Bagaimana standar pakan sapi dara, bunting dan menyusui ?
2.      Bagaimana standar mineral sapi dara, bunting dan menyusui ?
3.      Apa saja akibat jika pakan dan mineral tidak seimbang ?
4.      Jelaskan Patogenesis Hipocalcemia !!!
5.      Bagaimana cara penanganan dan pencegahan hipocalcemia ?
Pembahasan.
1.      Standar pakan Sapi.
  Kebutuhan Nutrisi sapi dara
Perkembangan organ reproduksi terjadi selama masa pertumbuhan sehingga status fisiologis sapi dara harus benar –benar diperhatikan, karena kekurangan gizi dapat menyebabkan tidak berfungsinya ovarium (Matondang et al, 2001) sebaliknya
bisa mengalami gangguan reproduksi seperti terjadinya kegagalan kebuntingan dan terjadinya kemajiran bila berat badan sapi meningkat secara berlebihan .Pembesaran sapi dara berhubungan erat dengan efisiensi reproduksi keberhasilannya tergantung pada pola pemeliharaan yang 95% dipengaruhi oleh pakan, kesehatan dan faktor lingkungan.

Table 1 Standart zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dara sapi perah di daerah tropik
Berat badan (kg)
Bahan kering (kg)
Prot. dd (kg)
TDN (kg)
113
136
181
227
272
317
363
2,7-3,1
3,3-3,6
4,1-4,5
4,8-5,3
5,4-6,2
6,1-7,0
6,7-7,9
0,28-0,32
0,30-0,35
0,36-0,41
0,39-0,44
0,43-0,48
0,45-0,51
0,48-0,54
1,9-2,2
2,2-2,5
2,8-3,0
3,1-3,5
3,5-3,9
3,8-4,4
4,1-4,9
                                                                                                        (Reksohadiprojo, 1981)
Table 2 Kebutuhan zat makanan bagi sapi perah tropik
Berat badan ternak (kg)
Prot. dd. (kg)
MP (kg)
TDN (kg)
Ca (kg)
P (kg)
150
200
250
300
350
400
450
500
550
0,102
0,148
0,168
0,197
0,227
0,254
0,282
0,296
0,336
0,95
1,24
1,56
1,77
2,02
2,26
2,51
2,92
3,18
1,27
1,66
2,02
2,36
2,70
3,03
3,37
3,69
3,71
4
5
6
7
8
9
10
11
12
4
5
6
7
8
9
10
11
12
                                                                                                          (Reksohadiprojo, 1981)
Kebutuhan Air Minum Untuk Sapi Bunting

            Air minum merupakan factor yang sangat penting dalam proses pencernaan oleh sebab itu ketersedian air minum harus terpenuhi selama proses pemeliharaan berlangsung,tingkat konsumsi air minum pada sapi berbeda beda dan tergantung pada suhu,jenis pakan,kelembaban. Pada suhu yang tinggi atau pada musim panas konsumsi air minum akan meningkat di bandingkan pada saat suhu yang rendah,begitu pula dengan jenis pakan,sapi yang mengkonsusmi jenis pakan dengan bahan kering yang tinggi akan lebih banyak mengkonsumsi air minum dibandingakan dengan bahan kering yang rendah.
Pada dasarnya sapi mengkonsusmi pakan dan air minum untuk menjaga keseimbangan suhu badannya untuk berlangsungnya proses metabolisme tubuh.

Perkiraan jumlah konsumsi air minum untuk sapi berdasarkan suhu
       Sapi bunting dan Menyusui
Suhu    22-25 O C konsumsi air minum 37 -  40 liter/hari/ekor
Suhu    26 – 28 O C konsumsi air minum 55 – 60 liter/hari/ekor
Suhu    30 – 32 O C konsumsi air minum 60 – 67 liter/hari/ekor
Untuk sapi pada umumnya mengkonsumsi air rata-rata 60 liter/hari/ekor.
                                                                                                (Parno,S. 2011)
Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan produksinya. Zat-zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat-zat pakan dalam ransum sangat berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman et al, 1991).
            Menurut Blakely dan Bade (1998) bahan pakan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu konsentrat dan bahan berserat. Konsentrat berupa bijian dan butiran serta bahan berserat yaitu jerami dan rumput yang merupakan komponen penyusun ransum. Darmono (1993) menjelaskan bahwa bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun yang dapat membahayakan ternak yang mengkonsumsinya.
            Menurut Lubis (1992) pemberian pakan hijauan pada ternak sebaiknya diberikan dalam keadaan segar. Pemberian pakan yang baik diberikan dengan perbandingan 60 : 40 (dalam bahan kering ransum), apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat menjadi 55 : 45 dan hijauan yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi perbandingan itu dapat menjadi 64 : 36 (Siregar 2008). Jerami juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Jerami mengandung protein, pati dan lemak jauh lebih sedikit dibandingkan dengan hijauan, sedangkan kadar serat kasarnya jauh lebih tinggi. Jerami yang biasa digunakan untuk bahan pakan adalah jerami padi, jerami jagung, gandum (Lubis, 1992). Menurut Siregar (1994), jerami padi mengandung 21% bahan kering (BK), 9,2% protein kasar (PK) , 27,4% serat kasar (SK) dan 41% total digestible nutrients (TDN).
            Pakan penguat (konsentrat) adalah pakan yang mengandung serat kasar  relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, dedak, katul, bungkil kelapa, tetes, dan berbagai umbi. Fungsi pakan penguat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah. (Sugeng, 1998). Menurut Darmono (1999) konsentrat adalah bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18%, berasal dari biji- bijian, hasil produk ikutan pertanian atau dari pabrik dan umbi- umbian.
Air merupakan bahan pakan utama yang tidak bisa diabaikan, tubuh hewan terdiri dari 70% air, sehingga air benar-benar termasuk kebutuhan utama yang tidak dapat diabaikan. Air dalam tubuh ternak berfungsi sebagai transportasi zat pakan melalui dinding-dinding usus ke dalam peredaran darah, mengangkut zat-zat sisa, sebagai pelarut beberapa zat dan mengatur suhu tubuh. Kebutuhan air minum sapi kurang lebih 20-40 liter/ekor/hari dan sebaiknya disediakan secara ad libitum (Siregar, 2008).

2.                  Standar Mineral Sapi.

Mineral diperlukan oleh hewan dalam jumlah yang cukup. Mineral berfungsi sebagai pengganti zat-zat mineral yang hilang, untuk pembentukan jaringan-jaringan pada tulang, urat dan sebagainya serta untuk berproduksi. Terdapat 22 jenis mineral esensial yaitu tujuh mineral makro yang mencakup Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Klor (Cl), Sulfur (S) dan lima belas mineral mikro dan mineral unsur jarang (trace mineral) yang mencakup Besi (Fe), Yodium (I), Seng (Zn), Kobalt (Co), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibdenum (Mo), Selenium (Se), Kromium (Cr), Vanadium (V), Flourin (F), Silikon (Si), Nikel (Ni), dan Arsen (As). Alumunium (Al), Timbal (Pb), Rubidium (Ru) hanya bersifat menguntungkan dalam beberapa kondisi (Underwood dan Suttle, 2001).
 Tubuh hewan memerlukan mineral untuk membentuk jaringan tulang dan urat, untuk memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh yang hilang, serta untuk memelihara kesehatan. Mineral yang umum dibutuhkan oleh tubuh antara lain  kalsium, phospor, magnesium dan NaCl. Kebutuhan mineral dapat dicukupi dengan penambahan garam, kapur maupun mineral blok (Sugeng, 1998).
Nutrisi yang di butuhkan untuk sapi dara menjelang kebuntingan adalah
- Protein : 7-9 %,
- TDN 60 %
- EM 1.5-1.7 Mcal/Kg
- Calsium 0.7 %
- Phosphorus 0.5 %

-     Kebutuhan Nutrisi Sapi Induk Bunting Muda
Kebutuhan pakan sapi bunting diperlukan untuk:
  -Pembentukan Jaringan-jaringan baru (janin,membran janin,pembesaran uterus dan  
   perkembangan kelenjar susu).
- Pertumbuhan induk semangnya karena selama proses kebuntingan berlangsung,proses
   pertumbuhan badan induk semang masih berlangsung.



  Kebutuhan Nutrisi Sapi induk Bunting muda
-          Protein 7-10 %
-          TDN 50-55 %
-          EM 1.8 Mcal/kg
-          Calcium 0.5 %
-          Phosphorus 0.2 %
-     Kebutuhan Nutrisi sapi Induk Bunting Tua sampai laktasi

Kebutuhan Pakan untuk sapi induk bunting tua dan laktasi adalah

-          Mensuplai energi bagi induk semang untuk finishing kelahiran dan perkembangan janin.
-          Mempersiapan organ reproduksi untuk mendukung proses kelahiran
-          Memberikan suplai energi pasca melahirkan
-          Memberikan nutrisi untuk masa laktasi
-          Mempertahankan berat induk semang selama proses menyusui
-          Mengoptimalkan masa birahi setelah melahirkan
Kebutuhan Nutrisi untuk sapi induk bunting tua dan laktasi
-          Protein  12 – 12.5  %
-          TDN      60 -65  %
-          EM        2 – 2,8 Mcal/Kg
-          Calcium   0.7 %
-          Phosphorus 0.3 %
Mineral sangat penting untuk kelangsungan hidup ternak. Hampir semua mineral ditemukan dalam jaringan ternak dan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses metabolisme ternak. Suplementasi berbagai bahan pada pakan ternak menghasilkan bobot ternak yang meningkat. Suplemen mineral dianjurkan untuk memenuhi beberapa prinsip, antara lain :
1. campuran akhir minimal mengandung 6- 8% total P
2. rasio Ca : P tidak melampaui 2 : 1
3. dapat menyuplai 50% elemen mikro Co, Cu, I, Mn dan Zn
4. bentuk mineral yang digunakan adalah yang mudah digunakan dan dihindarkan dari kontaminasi dengan mineral-mineral beracun (misalnya sumber P yang terkontaminasi dengan F)
5. suplemen tersebut hendaknya cukup palatable untuk menjamin tingkat konsumsi yang baik
6. perlu diperhatikan ketepatan menimbang, pencampuran yang homogen dan lain sebagainya
7. besar partikel hendaknya lebih kecil dan seragam sehingga pencampuran dapat dilakukan secara homogen.

3.                  Akibat pakan dan mineral tidak seimbang.

             Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha peternakan, bahkan dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu usaha peternakan tergantung pada manajemen pakan. Kebutuhan pakan dari tiap-tiap ternak berbeda-beda sesuai dengan jenis, umur, bobot badan, keadaan lingkungan dan kondisi fisiologis ternak. Pakan harus mengandung semua nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan oleh ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur anorganik serta mineral.
            Balance ration adalah pakan atau dengan  kandungan nutrisi dalam jumlah dan proporsi yang memenuhi kebutuhan fisiologis, reproduksi dan produksi ternak. Balance ration dapat mensuplai zat-zat gizi yang berbeda secara proporsional bagi ternak yang mengkonsumsinya bila diberikan dalam jumlah yang tepat Ransum untuk pakan ternak dikatakan seimbang apabila diberikan kepada ternak dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak yaitu kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan hidup produksi tanpa menimbulkan gangguan kesehatan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Ransum yang seimbang dapat disusun dengan analisa seluruh bahan pakan yang akan digunakan sebagai penyusun ransum atau dapat mengacu pada buku pedoman yang mencantumkan kandungan-kandungan gizi setiap bahan. Penyusunan ransum yang tepta sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang dipergunakan. Perubahan nilai nutrisi bahan-bahan makanan dapat disebabkan terutama oleh pengolahn dan penyimpanan. Untuk memilih bahan-bahan makanan yang akan dipergunakan dalam ransum, harus diketahui dahulu kandungan zat-zat makanan dalam dalam bahan pakan tersebut. Dengan demikian kekurangan salah satu zat pakan dapat ditutupi dengan menggunakan pakan yang mengandung zat pakan tersebut.

Kekurangan Protein.
            Kekurangan Protein bisa berakibat fatal : Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97-100% dari Protein -Keratin). Yang paling buruk ada yang disebut dengan [Kwasiorkor], penyakit kekurangan protein. yang disebabkan oleh filtrasi air di dalam pembuluh darah sehingga menimbulkan odem.Simptom yang lain dapat dikenali adalah: hipotonus, gangguan pertumbuhan, hati lemak. Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus dan berkibat kematian.

4.                  Patogenesis Hipocalcemia.
1. Stadium prodomal (stadium 1)
                             Pada stadium ini penderita menjadi gelisah dengan ekspresi muka yang tampak beringas. Nafsu makan dan pengeluaran kemih serta tinja terhenti. Meskipun ada usaha untuk berak akan tetapi usaha tersebut tidak berhasil. Sapi mudah mengalami rangsangan dari luar dan bersifat hipersensitif. Otot-otot kepala maupun kaki tampak gemetar (tremor). Bila milk fever juga dibarengi dengan penurunan kadar magnesium yang cukup berat akan terlihat stadium tetanik yang panjang. Waktu berdiri hewan tampak kaku, tonus otot-otot alat gerak meningkat, dan bila bergerak tampak inkoordinasi. Penderita melangkah dengan berat, hingga terlihat hati-hati dan bila dipaksa akan jatuh. Bila telah jatuh usaha untuk bangun dilakukan dengan susah payah, dan mungkin tidak akan berhasil.
2. Stadium berbaring / recumbent (stadium 2)
                             Pada stadium ini sapi penderita milk fever dilaporkan sudah tidak mampu untuk berdiri, berbaring pada sternumnya, dengan kepala yang mengarah kebelakang, sehingga dari belakang seperti membentuk huruf “S”. Karena dehidrasi, kulit tampak kering, nampak lesu, pupil mata normal atau membesar, dan tanggapan terhadap rangsangan sinar jadi lambat atau hilang sama sekali. Tanggapan terhadap rangsangan rasa sakit juga berkurang, otot-otot jadi kendor, spingter ani mengalami relaksasi, sedangkan reflek anal menghilang, dengan rectum yang berisi tinja kering atau setengah kering.
                      Pada awal stadium ini penderita masih mau makan dan masih mengalami proses ruminasi, meskipun intensitasnya berkurang, tetapi masih dapat terlihat. Pada tingkat selanjutnya proses ruminasi hilang dan nafsu makan pun hilang, dan penderita semakin bertambah lesu. Gangguan sirkulasi yang mengikuti akan terlihat sebagai pulsus yang frekuen dan lemah, rabaan pada alat gerak terasa dingin dan suhu rektal bersifat subnormal.
3. Stadium koma (stadium 3)
                             Penderita tampak sangat lemah, tidak mampu bangun, dan berbaring pada salah satu sisinya (lateral recumbency). Kelemahan otot-otot rumen akan segera diikuti dengnan kembung rumen. Gangguan sirkulasi sangat meencolok, pulsus menjadi lemah (120x/menit), dan suhu tubuh turun dibawah normal. Pupil melebar dan reflek terhadap sinar menghilang. Stadium koma kebanyakan diakhiri dengan kematian, meskipun pengobatan konvensional telah dilakukan.
                      Prognosa terhadap kasus hypocalcaemia yaitu fausta-infausta.  Fausta jika kejadian hypocalcaemia cepat ditangani (95% sembuh) dan infausta jika penanganan yang lambat dan pengobatan pertama yang tidak menunjukkan perubahan ke arah kondisi yang membaik.  Kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan sangat membantu kesembuhan (Hardjopranjoto,1995).

5.                  Penanganan dan Pencegahan Hipocalcemia.
        Hardjopranjoto (1995) mengatakan bahwa pengobatan pada paresis puerpuralis ditujukan untuk mengembalikan kadar kalsium yang normal dalam darah. Pengobatan biasanya dipakai preparat kalsium seprti kalsium boroglukonat yang terdiri dari kalsium boroglukonat 20% sebanyak 250-500 ml diberikan intravena atau 500 ml intravena dikombinasikan dengan 250 ml subkutan. Penyuntikan intravena dengan menggunakan jarum 16 g disuntikkan selama 10-15 menit dimaksudkan agar penyerapan lebih cepat sedang penyuntikan subkutan bila dikehendaki penyerapannya lambat dan dapat memperbaiki turgor kulit.


Daftar Pustaka.
Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan. Jakarta.
Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta
Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subronto. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sugeng, Y.B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tillman, A.D., Reksohadiprodjo, S., Prawirokusumo, S., Hartadi, H., dan Lebdosoekojo, S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar