" Kejang ".
Thursday,
December 19th 2013
Learning
Objectives.
1.
Bagaimana standar pakan sapi dara,
bunting dan menyusui ?
2.
Bagaimana standar mineral sapi dara,
bunting dan menyusui ?
3.
Apa saja akibat jika pakan dan mineral
tidak seimbang ?
4.
Jelaskan Patogenesis Hipocalcemia !!!
5.
Bagaimana cara penanganan dan pencegahan
hipocalcemia ?
Pembahasan.
1. Standar pakan Sapi.
Kebutuhan
Nutrisi sapi dara
Perkembangan
organ reproduksi terjadi selama masa pertumbuhan sehingga status fisiologis
sapi dara harus benar –benar diperhatikan, karena kekurangan gizi dapat
menyebabkan tidak berfungsinya ovarium (Matondang et al, 2001)
sebaliknya
bisa mengalami
gangguan reproduksi seperti terjadinya kegagalan kebuntingan dan terjadinya
kemajiran bila berat badan sapi meningkat secara berlebihan .Pembesaran sapi
dara berhubungan erat dengan efisiensi reproduksi keberhasilannya tergantung
pada pola pemeliharaan yang 95% dipengaruhi oleh pakan, kesehatan dan faktor
lingkungan.
Table
1 Standart zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dara sapi perah di
daerah tropik
Berat badan (kg)
|
Bahan kering (kg)
|
Prot. dd (kg)
|
TDN (kg)
|
113
136
181
227
272
317
363
|
2,7-3,1
3,3-3,6
4,1-4,5
4,8-5,3
5,4-6,2
6,1-7,0
6,7-7,9
|
0,28-0,32
0,30-0,35
0,36-0,41
0,39-0,44
0,43-0,48
0,45-0,51
0,48-0,54
|
1,9-2,2
2,2-2,5
2,8-3,0
3,1-3,5
3,5-3,9
3,8-4,4
4,1-4,9
|
(Reksohadiprojo, 1981)
Table
2 Kebutuhan zat makanan bagi sapi perah tropik
Berat badan ternak (kg)
|
Prot. dd. (kg)
|
MP (kg)
|
TDN (kg)
|
Ca (kg)
|
P (kg)
|
150
200
250
300
350
400
450
500
550
|
0,102
0,148
0,168
0,197
0,227
0,254
0,282
0,296
0,336
|
0,95
1,24
1,56
1,77
2,02
2,26
2,51
2,92
3,18
|
1,27
1,66
2,02
2,36
2,70
3,03
3,37
3,69
3,71
|
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
(Reksohadiprojo, 1981)
Kebutuhan Air Minum Untuk Sapi
Bunting
Air
minum merupakan factor yang sangat penting dalam proses pencernaan oleh sebab
itu ketersedian air minum harus terpenuhi selama proses pemeliharaan
berlangsung,tingkat konsumsi air minum pada sapi berbeda beda dan tergantung
pada suhu,jenis pakan,kelembaban. Pada suhu yang tinggi atau pada musim panas
konsumsi air minum akan meningkat di bandingkan pada saat suhu yang
rendah,begitu pula dengan jenis pakan,sapi yang mengkonsusmi jenis pakan dengan
bahan kering yang tinggi akan lebih banyak mengkonsumsi air minum dibandingakan
dengan bahan kering yang rendah.
Pada dasarnya sapi mengkonsusmi
pakan dan air minum untuk menjaga keseimbangan suhu badannya untuk
berlangsungnya proses metabolisme tubuh.
Perkiraan
jumlah konsumsi air minum untuk sapi berdasarkan suhu
Sapi
bunting dan Menyusui
Suhu 22-25
O C konsumsi air minum 37 - 40 liter/hari/ekor
Suhu 26
– 28 O C konsumsi air minum 55 – 60 liter/hari/ekor
Suhu 30
– 32 O C konsumsi air minum 60 – 67 liter/hari/ekor
Untuk sapi pada
umumnya mengkonsumsi air rata-rata 60 liter/hari/ekor.
(Parno,S.
2011)
Kebutuhan ternak
akan zat gizi terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan produksinya. Zat-zat pakan
dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab
keseimbangan zat-zat pakan dalam ransum sangat berpengaruh terhadap daya cerna
(Tillman et al, 1991).
Menurut Blakely dan Bade (1998)
bahan pakan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu konsentrat dan bahan
berserat. Konsentrat berupa bijian dan butiran serta bahan berserat yaitu
jerami dan rumput yang merupakan komponen penyusun ransum. Darmono (1993)
menjelaskan bahwa bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun
yang dapat membahayakan ternak yang mengkonsumsinya.
Menurut Lubis (1992) pemberian pakan
hijauan pada ternak sebaiknya diberikan dalam keadaan segar. Pemberian pakan
yang baik diberikan dengan perbandingan 60 : 40 (dalam bahan kering ransum),
apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat
menjadi 55 : 45 dan hijauan yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi
perbandingan itu dapat menjadi 64 : 36 (Siregar 2008). Jerami juga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan. Jerami mengandung protein, pati dan lemak jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan hijauan, sedangkan kadar serat kasarnya jauh
lebih tinggi. Jerami yang biasa digunakan untuk bahan pakan adalah jerami padi,
jerami jagung, gandum (Lubis, 1992). Menurut Siregar (1994), jerami padi
mengandung 21% bahan kering (BK), 9,2% protein kasar (PK) , 27,4% serat kasar (SK)
dan 41% total digestible nutrients (TDN).
Pakan penguat (konsentrat) adalah
pakan yang mengandung serat kasar
relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan
pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, dedak, katul,
bungkil kelapa, tetes, dan berbagai umbi. Fungsi pakan penguat adalah
meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya
rendah. (Sugeng, 1998). Menurut Darmono (1999) konsentrat adalah bahan pakan
yang mengandung serat kasar kurang dari 18%, berasal dari biji- bijian, hasil
produk ikutan pertanian atau dari pabrik dan umbi- umbian.
Air merupakan
bahan pakan utama yang tidak bisa diabaikan, tubuh hewan terdiri dari 70% air,
sehingga air benar-benar termasuk kebutuhan utama yang tidak dapat diabaikan.
Air dalam tubuh ternak berfungsi sebagai transportasi zat pakan melalui
dinding-dinding usus ke dalam peredaran darah, mengangkut zat-zat sisa, sebagai
pelarut beberapa zat dan mengatur suhu tubuh. Kebutuhan air minum sapi kurang
lebih 20-40 liter/ekor/hari dan sebaiknya disediakan secara ad libitum (Siregar, 2008).
2.
Standar
Mineral Sapi.
Mineral
diperlukan oleh hewan dalam jumlah yang cukup. Mineral berfungsi sebagai
pengganti zat-zat mineral yang hilang, untuk pembentukan jaringan-jaringan pada
tulang, urat dan sebagainya serta untuk berproduksi. Terdapat 22 jenis mineral
esensial yaitu tujuh mineral makro yang mencakup Kalsium (Ca), Natrium (Na),
Kalium (K), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Klor (Cl), Sulfur (S) dan lima belas
mineral mikro dan mineral unsur jarang (trace mineral) yang mencakup Besi (Fe),
Yodium (I), Seng (Zn), Kobalt (Co), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibdenum (Mo),
Selenium (Se), Kromium (Cr), Vanadium (V), Flourin (F), Silikon (Si), Nikel
(Ni), dan Arsen (As). Alumunium (Al), Timbal (Pb), Rubidium (Ru) hanya bersifat
menguntungkan dalam beberapa kondisi (Underwood dan Suttle, 2001).
Tubuh hewan memerlukan mineral untuk membentuk
jaringan tulang dan urat, untuk memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh
yang hilang, serta untuk memelihara kesehatan. Mineral yang umum dibutuhkan
oleh tubuh antara lain kalsium, phospor,
magnesium dan NaCl. Kebutuhan mineral dapat dicukupi dengan penambahan garam,
kapur maupun mineral blok (Sugeng, 1998).
Nutrisi yang di
butuhkan untuk sapi dara menjelang kebuntingan adalah
- Protein : 7-9
%,
- TDN 60 %
- EM 1.5-1.7
Mcal/Kg
- Calsium 0.7 %
- Phosphorus
0.5 %
- Kebutuhan
Nutrisi Sapi Induk Bunting Muda
Kebutuhan pakan
sapi bunting diperlukan untuk:
-Pembentukan
Jaringan-jaringan baru (janin,membran janin,pembesaran uterus dan
perkembangan
kelenjar susu).
- Pertumbuhan
induk semangnya karena selama proses kebuntingan berlangsung,proses
pertumbuhan
badan induk semang masih berlangsung.
Kebutuhan
Nutrisi Sapi induk Bunting muda
- Protein 7-10 %
- TDN 50-55 %
- EM 1.8 Mcal/kg
- Calcium 0.5 %
- Phosphorus 0.2
%
- Kebutuhan Nutrisi sapi Induk Bunting Tua
sampai laktasi
Kebutuhan Pakan
untuk sapi induk bunting tua dan laktasi adalah
- Mensuplai
energi bagi induk semang untuk finishing kelahiran dan perkembangan janin.
- Mempersiapan
organ reproduksi untuk mendukung proses kelahiran
- Memberikan
suplai energi pasca melahirkan
- Memberikan
nutrisi untuk masa laktasi
- Mempertahankan
berat induk semang selama proses menyusui
- Mengoptimalkan
masa birahi setelah melahirkan
Kebutuhan Nutrisi untuk sapi induk
bunting tua dan laktasi
- Protein 12
– 12.5 %
- TDN 60
-65 %
- EM 2
– 2,8 Mcal/Kg
- Calcium 0.7
%
- Phosphorus
0.3 %
Mineral sangat penting untuk kelangsungan hidup
ternak. Hampir semua mineral ditemukan dalam jaringan ternak dan mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam proses metabolisme ternak. Suplementasi
berbagai bahan pada pakan ternak menghasilkan bobot ternak yang meningkat.
Suplemen mineral dianjurkan untuk memenuhi beberapa prinsip, antara lain :
1. campuran akhir minimal mengandung 6- 8% total P
2. rasio Ca : P tidak melampaui 2 : 1
3. dapat menyuplai 50% elemen mikro Co, Cu, I, Mn dan
Zn
4. bentuk mineral yang digunakan adalah yang mudah
digunakan dan dihindarkan dari kontaminasi dengan mineral-mineral beracun
(misalnya sumber P yang terkontaminasi dengan F)
5. suplemen tersebut hendaknya cukup palatable untuk
menjamin tingkat konsumsi yang baik
6. perlu diperhatikan ketepatan menimbang, pencampuran
yang homogen dan lain sebagainya
7. besar partikel hendaknya lebih kecil dan seragam
sehingga pencampuran dapat dilakukan secara homogen.
3.
Akibat
pakan dan mineral tidak seimbang.
Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam
usaha peternakan, bahkan dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu usaha
peternakan tergantung pada manajemen pakan. Kebutuhan pakan dari tiap-tiap
ternak berbeda-beda sesuai dengan jenis, umur, bobot badan, keadaan lingkungan
dan kondisi fisiologis ternak. Pakan harus mengandung semua nutrient yang
dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah yang seimbang. Nutrien
yang dibutuhkan oleh ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
air dan unsur anorganik serta mineral.
Balance ration adalah pakan atau
dengan kandungan nutrisi dalam jumlah
dan proporsi yang memenuhi kebutuhan fisiologis, reproduksi dan produksi
ternak. Balance ration dapat mensuplai zat-zat gizi yang berbeda secara proporsional
bagi ternak yang mengkonsumsinya bila diberikan dalam jumlah yang tepat Ransum
untuk pakan ternak dikatakan seimbang apabila diberikan kepada ternak dapat
memenuhi kebutuhan hidup ternak yaitu kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan hidup
produksi tanpa menimbulkan gangguan kesehatan bagi ternak yang mengkonsumsinya.
Ransum yang seimbang dapat disusun dengan analisa seluruh bahan pakan yang akan
digunakan sebagai penyusun ransum atau dapat mengacu pada buku pedoman yang
mencantumkan kandungan-kandungan gizi setiap bahan. Penyusunan ransum yang
tepta sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi
dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang dipergunakan.
Perubahan nilai nutrisi bahan-bahan makanan dapat disebabkan terutama oleh
pengolahn dan penyimpanan. Untuk memilih bahan-bahan makanan yang akan
dipergunakan dalam ransum, harus diketahui dahulu kandungan zat-zat makanan
dalam dalam bahan pakan tersebut. Dengan demikian kekurangan salah satu zat
pakan dapat ditutupi dengan menggunakan pakan yang mengandung zat pakan
tersebut.
Kekurangan
Protein.
Kekurangan
Protein bisa berakibat fatal : Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97-100%
dari Protein -Keratin). Yang paling buruk ada yang disebut dengan [Kwasiorkor],
penyakit kekurangan protein. yang disebabkan oleh filtrasi air di dalam
pembuluh darah sehingga menimbulkan odem.Simptom
yang lain dapat dikenali adalah: hipotonus, gangguan pertumbuhan, hati lemak.
Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus dan berkibat kematian.
4.
Patogenesis
Hipocalcemia.
1. Stadium prodomal
(stadium 1)
Pada stadium ini penderita menjadi gelisah dengan ekspresi
muka yang tampak beringas. Nafsu makan dan pengeluaran kemih serta tinja
terhenti. Meskipun ada usaha untuk berak akan tetapi usaha tersebut tidak
berhasil. Sapi mudah mengalami rangsangan dari luar dan bersifat hipersensitif.
Otot-otot kepala maupun kaki tampak gemetar (tremor). Bila milk fever juga
dibarengi dengan penurunan kadar magnesium yang cukup berat akan terlihat
stadium tetanik yang panjang. Waktu berdiri hewan tampak kaku, tonus otot-otot
alat gerak meningkat, dan bila bergerak tampak inkoordinasi. Penderita
melangkah dengan berat, hingga terlihat hati-hati dan bila dipaksa akan jatuh.
Bila telah jatuh usaha untuk bangun dilakukan dengan susah payah, dan mungkin
tidak akan berhasil.
2. Stadium berbaring /
recumbent (stadium 2)
Pada stadium ini sapi penderita milk fever dilaporkan sudah
tidak mampu untuk berdiri, berbaring pada sternumnya, dengan kepala yang
mengarah kebelakang, sehingga dari belakang seperti membentuk huruf “S”. Karena
dehidrasi, kulit tampak kering, nampak lesu, pupil mata normal atau membesar,
dan tanggapan terhadap rangsangan sinar jadi lambat atau hilang sama sekali.
Tanggapan terhadap rangsangan rasa sakit juga berkurang, otot-otot jadi kendor,
spingter ani mengalami relaksasi, sedangkan reflek anal menghilang, dengan
rectum yang berisi tinja kering atau setengah kering.
Pada awal stadium ini
penderita masih mau makan dan masih mengalami proses ruminasi, meskipun
intensitasnya berkurang, tetapi masih dapat terlihat. Pada tingkat selanjutnya
proses ruminasi hilang dan nafsu makan pun hilang, dan penderita semakin
bertambah lesu. Gangguan sirkulasi yang mengikuti akan terlihat sebagai pulsus
yang frekuen dan lemah, rabaan pada alat gerak terasa dingin dan suhu rektal
bersifat subnormal.
3. Stadium koma
(stadium 3)
Penderita tampak sangat lemah, tidak mampu bangun, dan
berbaring pada salah satu sisinya (lateral recumbency). Kelemahan otot-otot
rumen akan segera diikuti dengnan kembung rumen. Gangguan sirkulasi sangat
meencolok, pulsus menjadi lemah (120x/menit), dan suhu tubuh turun dibawah
normal. Pupil melebar dan reflek terhadap sinar menghilang. Stadium koma
kebanyakan diakhiri dengan kematian, meskipun pengobatan konvensional telah
dilakukan.
Prognosa terhadap kasus
hypocalcaemia yaitu fausta-infausta.
Fausta jika kejadian hypocalcaemia cepat ditangani (95% sembuh) dan
infausta jika penanganan yang lambat dan pengobatan pertama yang tidak
menunjukkan perubahan ke arah kondisi yang membaik. Kecepatan dan ketepatan diagnosis serta
pengobatan sangat membantu kesembuhan (Hardjopranjoto,1995).
5.
Penanganan
dan Pencegahan Hipocalcemia.
Hardjopranjoto (1995) mengatakan bahwa pengobatan pada
paresis puerpuralis ditujukan untuk mengembalikan kadar kalsium yang normal
dalam darah. Pengobatan biasanya dipakai preparat kalsium seprti kalsium
boroglukonat yang terdiri dari kalsium boroglukonat 20% sebanyak 250-500 ml
diberikan intravena atau 500 ml intravena dikombinasikan dengan 250 ml
subkutan. Penyuntikan intravena dengan menggunakan jarum 16 g disuntikkan
selama 10-15 menit dimaksudkan agar penyerapan lebih cepat sedang penyuntikan
subkutan bila dikehendaki penyerapannya lambat dan dapat memperbaiki turgor
kulit.
Daftar
Pustaka.
Lubis,
D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan. Jakarta.
Santosa,
U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan I. Penebar Swadaya.
Jakarta
Siregar,
S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subronto.
2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Sugeng,
Y.B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tillman,
A.D., Reksohadiprodjo, S., Prawirokusumo, S., Hartadi, H., dan Lebdosoekojo, S.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar