" Indigesti "
Thursday, January 2nd
2014
Learning
Objectives.
1. Jelaskan
macam-macam Indigesti !! (Meliputi etiologi, patogenesis, gejala klinis,
diagnosa dan terapi serta pencegahan )
Pembahasan.
Macam-macam
Indigesti.
Indigesti akut merupakan sindrom yang bersifat kompleks
dengan berbagai manifestasi klinis, tanpa disertai/ hanya ringan perubahan
anatomis pada lambung hewan ruminansia. Istiah indigesti digunakan apabila
secara organik tidak digunakan perubahan patologis yang bersifat seperti
ruminitis, dan lainnya. (Subronto, 2008).
1. Indigesti Simplek
Indigesti
sederhana atau simplek merupakan sindrom gangguan pencernaan yang berasal dari
rumen atau reticulum, ditandai dengan penurunan atau hilangnya gerak rumen,
lemahnya tonus kedua lambung tersebut hingga ingesta tertimbun di dalamnya dan
disertai pula dengan sembelit (konstipasi) (Mustofa,
2010).
Etiologi : perubahan pakan secara mendadak,
pakan dengan serat kasar tinggi serta tidak diimbangi cairan yang cukup, hewan
kekenyangan, pakan berjamur, pemberian obat-obatan antimikrobial berlebihan,
hewan terlalu letih.
Patogenesis : (a) Hewan kenyang/
makan pakan dengan serat kasar tinggi→ hipermotilitas rumen untuk mengatasi
timbunan ingesta → otot rumen lelah → atonia ruminis; (b) Pakan berprotein
tinggi → fermentasi menjadi amonia → pH rumen ↑ → kuman yang tidak tahan
suasana alkalis mati → ingesta tidak tercerna scr biokimiawi → ingesta
tertimbun dalam rumen → kontraksi rumen naik → otot rumen lelah →
hipotonia/atonia rumen (Mustofa, 2010).
Gejala : lesu, malas
bergerak, nafsu makan hilang; pada hewan yang menghasilkan susu, produksi susu
menurun; frekuensi gerak rumen meningkat diikuti penurunan frekuensi gerak dan
tonus rumen; pada palpasi rumen terisi ingesta yang lunak; tinja
sedikit, berlendir, gelap, dan lunak (Mustofa, 2010).
Prognosa : Sembuh dengan
pengobatan konvensional; 24-48 jam mungkin sembuh secara spontan
Penanganan : Obat
parasimpatomimetik seperti carbamil choline (CarbacholR, LentinR)
dengan dosis 2-4 ml, disuntikkan subkutan pada sapi dapat merangsang gerak
rumen dalam waktu singkat. Air minum jika perlu diberi garam dapur
diberikan ad libitum (Mustofa, 2010).
Pemberian obat
: parasimpatiko mimetika untuk meningkatkan peristaltik rumen, retikulum dan
usus. Contoh: carbamyl-choline (carbachol), lentin 2-4 ml pada sapi/kerbau,
suntik SC, physostigmin, neostigmin 5mg/iQO kg BB sapilkerbau SC, garam dapur
(MgSO dosis rendah 50-100 mg/ekor, *dosis tinggi 100-400mg/ekor hati-hati.
Karena bila memang denyut jantung sudah frekuen, dan rumen atonia tidak bolèh
diberi dosis tinggi karena terabsorbsi sehingga bisa menyebabkan
kealfaanjantung dan bisa mengeuthanasi.
2.
Indigesti
Asam/Rumen Sarat
Etiologi :
Kelalaian perawat hewan, sapi memakan bahan makanan yang kaya akan hidrat arang
secara berlebihan. Juga kesalahan pengolahan pakan. Kejadian yang banyak
diamati di lapangan dan terjadi karena kondisi hewan yang jelek dengan kualitas
pakan yang kurang bermutu, yang kebanyakan dari serat kasar (jerami). Kurangnya
air minum yang diberikan pada ternak juga mempengaruhi terjadinya rumen sarat
(Subronto,2008).
Patogenesis :
KH
soluble → asam organic
↓
|
↓
↓ ↓
peningkatan osmolaritas rumen metabolic asidosis
↓
dehidrasi
jaringan
Gejala klinis
: Lesu dan tidak mau makan. Dehidrasi, tinja sedikit bercampur lendir berwarna
gelap dan bau menusuk. Diare atau konstipasi. Asidosis akan meningkatkan
frekuensi pernafasan. Terkadang anuria (Subronto,2008).
Diagnosis
:Perhatikan ejala klinis dan diferensialnya seperti indigesti vagus,
retikulo-peritonitis, keracunan Pb dan gangguan hati (Subronto,2008).
Penanganan :
penambahan alkalis (untuk menetralkan pH) → soda.bicarbonat (cth: alkalin) atau
NaHCO 2,5% 50 ml diinfuskan pelan-pelan. Mungkin dosisnya hanya sampai 300 ml,
bila pulsus sudah naik pemberian dihentikan. Bila menggunakan soda roti 250 gr
pemberian 2x sehari. Terapi dengan parasimpatiko mimetik untuk meningkatkan
peristaltik dengan MgSO dosis ringan (50-100mg/hi) atau isticyne antibiotik
(untuk mengatasi ketidakseimbangan mikroflora di rumen. Karena terjadi
peningkatan bakteri gram + → beri Ab untuk gram +, misalnya penicillin dengan
dosis ½ -1 juta IU/ekor (kb/db) atau l0 jt IU/ekor (sapi berat 400 — 600 kg).
Untuk mengatasi dehidrasi dengan : dextrose ringer dosis 20-40L/ekor (untuk
sapi 400-600kg). KONTRADIKSI : laktat ringer
3. Alkalosis Rumen
Etiologi :
Pemberian pakan pengganti protein dengan senyawa penghasil nitrogen asal dari
senyawa non-protein antara lain urea, biuret, dan garam-garam amonium secara
berlebihan akan menyebabkan intoxikasi yang disertai alkalosis rumen
(Subronto,2008).
Patogenesis :
Karena mahalnya harga protein, bahan pakan tersebut diganti dengan senyawa
penghasil nitrogen. Di dalam rumen, protein dan senyawa mengandung N dimetabolisir
hingga terbentuk ammonia. Bila karbohidrat cukup tersedia sebagai substratnya,
ammonia yang terbentuk berguna bagi pembentukan protein mikroba. Peningkatan
kadar ammonia mengkibatkan naiknya kadar pH rumen menjadi 7,5-8,5. Kenaikan pH
menyebabkan mati dan lisisnya protozoa dan mikroorganisme yang tidak tahan
suasana alkalis, dan terjadilah indigesti (Subronto,2008)
Gejala klinis :
Alkalosis rumen diikuti gejala syarafi dalam bentuk tremor otot-otot perifer,
muka dan telinga, hipersalivasi berbusa, gigi gemeretak, rasa sakit yang
sangat. Pernafasan cepat, dangkal, dan dipaksakan. Suhu tubuh meningkat. Tinja
yang kluar bersifat cair berlendir dalam jumlah tidak banyak (Subronto,2008).
Diagnosis
: Ditentukan berdasarkan anamnesis, gejala klinis saat pemeriksaan, dan riwayat
ganti pakan secara mendadak. Diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan keracunan insektisida
fosfor organik, karbonat, chlorinated hydrocarbon, nitrat, sianida, strichnin,
dan grain overload/asidosis rumen (Subronto,2008).
4. Kembung Rumen
Etiologi :
Ada 2 sebab yaitu, 1) Faktor pakan : Tanaman leguminosae sering mengakibatkan
kembung. Varietas tanaman polong tersebut seperti Alfalfa 108, Ladino100, juga
menyebabkan kembug. Selanjutnya tanaman yang muda sering menyebabkan gangguan
dari pada yang tua. Biji-bijian yang digiling sampai halus lebih sering
menimbulkan gangguan daripada yang diberikan secara utuh. Imbangan antara pakan
hijauan dengan konsentrat yang tidak seimbang sehingga jumlah konsentrat sangat
berlebihan. Tanaman yang dipanen dari tanah yang dipupuk dengan urea. Selain
itu tanaman yang banyak memanfaatkan unsur N, Cu, dan Mg dalam jumlah yang
tinggi (Subronto,2008).
2)
Faktor hewan : Karena faktor keturunan. Pada hewan yang bunting atau yang
kondisinya menurun. Karena sakit atau dalam proses penyembuhan. Demikan pula
pada hewan yang kekurangan darahmaupun yang mengalami kelemahan umum. Susunan
dan derajat keasaman (pH) air liur juga dapat berpengaruh terhadap kembung
rumen (Subronto,2008).
Patogenesis : Kejadian
kembung rumen pada sapi yang bersifat primer kebanyakan terdapat pada sapi-sapi
yang digembalakan di padangan yang ditanami legume. Pada umumnya karena
konsumsi legume akan terbentuk kembung rumen yang disertai oleh pembentukan
busa tanpa disertai oleh gejala hilangnya tonus rumen. Pada sapi yang
dipelihara di kandang, kembung primer yang terjadi biasanya disebabkan ole
gangguan eruktasi. Sebagai reaksi tubuh untuk membebaskan gas yang tertimbun di
dalam rumen, rumen akan berkontraksi lebih kuat serta lebih sering dari
normalnya. Karena kecepatan pembentukan gas usaha membebaskannya tidak akan
segera berhasil, sebaliknya kekuatan berkontraksi dari rumen akan menurun, dan
bahkan lama kelamaan akan hilang. Juga kenaikan frekuansi gerak rumen pada awal
pembentukan gas akan mempercapat proses pencampuran gas dengan ingesta di dalam
rumen, hingga akhirnya gas akan terperangkap di dalam rumen (Subronto,2008).
Gejala klinis :
Pembesaran rumen tampak dari menggembungnya daerah fossa paralumbar sebelah
kiri. Selaput lendir superfisial mengalami vasa injeksi. Penderita bernafas
dengan mulutnya dengan pernafasan yang bersifat dangkal, frekuen, dan bersifat
torakal. Untuk membebaskan gas penderita menjulurkan leher ke depan. Hewan
tampak tidk tenang. Nafsu makan hilang sama sekali, sedangkan nafsu minum masih
ada. Pulsus meningkat. Pada pemeriksaan jantung ditemukan adanya bising
sistolik bersifat kompansatorik. Rumen mengalami distensi ke arah medial. Pada
perkusi daerah rumen ditemukan suara timpanis (Subronto,2008).
Diagnosis :
Keadaan penyakit yang perakut pertolongan dengan sonde kerongkongan
(trokarisasi). Perlu pula dibedakan apakah kembung rumen disebabkan oleh
penyempitan (stenosis) kerongkongan atau oleh sumbatan. Selanjutnya kembung
rumen perlu dibedakan dari indigesti vagus, yang terjadi karena perubahan
patologi dari syaraf yang menginervasi lambung-lambung muka. Pada penderita
yang mengalami kematian perlu dipertimbangkan adanya penyakit menular seperti
radang limpa, radang paha, ataupun karena klostridial lainnya (Subronto,2008).
Penanganan :
untuk mengatasi keadaan per-akut segera lakukan trokarisasi. Free gas bloat
maka akan langsung keluar melalui stillet setelah dilakukan trokarisasi
kemudian karena bakteri yang dominan adalah Laktobacillus bovis gram + maka
sebaiknya dilakukan pemberian antibiotik peniccillin dengan dosis domba 0,5 - 1
juta iu, sapi l0 juta IU.
5. Indigesti dengan Toksemia
Etiologi :
Toksin sebagai hasil akhir atau hasil antara proses metabolisme yang berbentuk
senyawa, histamin, dan senyawa serupa histamin seharusnya dikeluarkan dari
tubuh melalui tinja dan kemih. Didalam
hati senyawa tersebut seharusnya mengalami proses detoksikasi. Oleh karena
suatu sebab produksi senyawa amine tersebut berlebihan hingga metabolisme
maupun eliminasinya tidak lancar. Senyawa yang berlebihan akan diserap oleh
darah hingga pada akhirnya terjadi toksemia (Subronto,2008).
Patogenesis :
Karena senyawa amine yang berlebihan bersifat toksik, sel-sel hati pun akan
mengalami keracunan yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan metabolisme
pada umumnya. Gangguan metabolism KH mengakibatkan penurunan kadar glucose
dalam darah, karena peningkatan pemacahan protein akan terjadi peningkatan
senyawa nonprotein nitrogen didalam darah. Sel-sel hati dan ginjal akan mengalami keracunan sehingga mengalami
degenerasi. Hal ini akan berefek keracunan pada hipofise pars anterior dan
suprarenal sehingga mengakibatkan lesi. Trunya kadar glukosa darah akan
menyababkan miokardium lemah dan detakjantung menurun, selanjutnya diikuti
kelemahan dalam bernafas dan akhirnya penderita mengalami kelemahan. Toksemia
yang parah akan menybabkan hewan koma (Subronto,2008).
Gejala klinis :
Berlangsung secara mendadak. Sering kali diawali oleh indigesti sederhana
ataupun rumen sarat. Gambaran kelemahan umum yang tampak lebih menonjol.
Kehilangan nafsu makan, kegiatan lambung muka terhenti, dan penderita tidak
memamah biak. Sering terjadi konstipasi. Tinja berbentuk seperti pasta dan
berbau menusuk. Kebanyakan kejadian
disertai dengan anuria. Pernafasan lambat, pulsus lemah dan tidak jarang
penderita dalam keadaan tidak sanggup berdiri (Subronto,2008).
Diagnosis :
Perlu dibedakan dari keracuanan bahan anorganik dalam dosis subletal, misal
warangan atau logam-logam lain yang sanggup mendepresi sistem enzimatik. Juga
perlu dibedakan dari penyakit infeksi oleh kuman yang menghasilkan toksin
(clostridium botulinum, Cl perfringens,dll) (Subronto,2008).
Pengobatan dan Penanganan
Penanganan
pertama : ternak perlu diistirahatkan dan sementara jangan diberi pakan dulu
tetapi disediakan air minum yang ditambah garam dapur dalam jumlah banyak.
Thiamin HCL
Komposisi
Vitamin B1 (Thiamin HCL 10 % b/v. Mengobati gangguan saraf dan neuritis
perifer, mengobati gangguan sensorik seperti hiperestesia, rasa nyeri.
Meningkatkan nafsu makan, mengobati gangguan pencernaan seperti indigesti
rumen, konstipasi, dan mengobati inkoordinasi otot. Dosis Sapi : 1 ml / 100 kg
BB, Kuda : 1 ml / 150 kg BB, Anjing : 0,1 ml / 2 kg BB, Babi : 0,1 ml / 10 kg
BB secara Intra Muskuler, intra vena (Anonima, 2010).
DAFTAR
PUSTAKA
Mustofa. 2010. Penanganan
Indigesti Simplek pada Ternak Gangguan pada Rumen. Yogyakarta.
Subronto. 2008. Ilmu
Penyakit Ternak (Mamalia) 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar