“ Sapi Pak Tono Pincang dan Gomen ”.
Thursday, May 2nd
2013.
Learning Objectives.
1.
Bagaimana karakteristik dari Aphthovirus dan penyakit yang
ditimbulkannya?
2.
Bagaimana Aphthovirus dapat menyebabkan pincang dan gomen ?
3.
Bagaimana pemeriksaan terhadap penyakit
yang ditimbulkan oleh Aphthovirus ?
4.
Bagaimana karakteristik, patogenesis,
gejala klinis dan diagnosa dari Jembrana ?
Pembahasan.
1. Karakteristik dari Aphthovirus, dan
penyakit yang ditimbulkan.
Merupakan virus ssRNA, non envelop,
capsid ikosahedral, virion 7,3. 106D, diameter 27nm-30nm, resisten terhadap
eter, alkohol, chloroform, dan tahan pada suhu dingin (MacLachlan et al,2011).
·
Menyerang hewan ungulata (berkuku belah)/
teracak sapi, domba, kerbau, kambing, babi, ruminan liar
·
diselubungi oleh protein, sangat labil
·
antigenisitasnya cepat dan mudah berubah
·
tidak tahan pH asam dan basa, panas, sinar UV,
desinfektans, karena terdapat protein virus PMK tahan berbulan-bulan terhadap
kekeringan dan dingin
·
stabil pada pH 3,0, tahan pada asam lambung, tahan
terhadap empedu.
·
Suhu optimal 36-37 derajat celcius
·
Habitat alami: traktus gastrointestinalis. Untuk
Aphtovirus bersifat: non stabil dibawah pH 7, memiliki asam polisitidilat, peka
terhadap sodium carbonat.
·
Ketahanan Aphtovirus
hidup dalam ekskreta sapi, misalnya pada: saliva (11 hari), semen (10
hari), darah (5 hari), urine (5 hari), feses (5 hari), susu (5 hari), dan
aerosol (5 hari).Virion Aphtovirus
·
Aphtovirus, 7 tipe : A (Allemagne), O (Oise), C,
SAT (South African territories) 1, SAT 2, SAT 3,
Asia
(Fenner, 2011; Quinn, 2002)
·
Tidak membentuk
inclusion bodies.
Dapat diperbanyak dalam biakan sel-sel (epitel lidah sapi, sel-sel ginjal
sapi, hamster, dan babi), sel-sel kelenjar perisai sapi dan menimbulkan
kematian sel. (Ressang, 1984)
Keluarga Picornaviridae
dikelompokkan dalam 5 genus yaitu : Enterovirus , Cardiovirus ,
Rhinovirus , Aphthovirus dan Hepatovirus .
Genus dari
Aphthovirus menyebabkan penyakit mulut dan kuku (PMK). Terdapat tujuh serotype
dari virus PMK yang telah diidentifikasi melaui uji serologi dan
perlindungan-silang; virus itu dinyatakan dengan O (Oise) dan A (Allemagne); C
(sebagai antisispasi bahwa O dan A mungkin akan dinamai kembali untuk
memungkinkan persamaan tipe selanjutnya A, B, C, dst); SAT1, SAT2, SAT3(South
African territories) dan Asia1. Secara historis tiap tipe sudah dibedakan lagi
menjadi subtipe berdasarkan beda kualitatif. Keragaman antigenik ini disebut
heterogenitas antigen. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam penggunaan vaksin,
karena vaksin spesifik pada serotipe tapi tidak pada subtipe. Di Indonesia
pernah terjadi wabah PMK akibat adanya tipe O11 (Fenner F.J. et. al.,2011).
2. Aphthovirus dapat menyebabkan
pincang dan gomen.
Pada hewan yang terinfeksi melalui saluran pernapasan, replikasi
awal dari virus berlangsung pada faring, diikuti oleh viremia yang menyebar ke
jaringan dan organ yang lain sebelum tampak gejala klinis. Inkubasi virus
selama 2-8 hari (MacLachlan et al,2011).
Pada umumnya viremia akan
hilang dalam beberapa hari. Dengan melalui peredaran darah, virus menyebar ke
selaput lendir mulut, kaki, ambing, dan sebagainya. Pengangkutan virus ke
epitel yang tidak banyak mengandung pembuluh darah berlangsung melalui
papillae. Sel inisial kemudian akan membengkak dan pecah, menyebarkan virus ke
sel-sel sekitarnya, dan terbentuklah vesikel. Kadang juga terjadi perembesan
dari cairan vesikel melalui stratum corneum yang retak-retak, hingga lesi yang
terlihat bersifat kering.
Pada saat vesikel terbentuk epitel yang diatasnya mengalami
nekrosis dan vesikel kemudian pecah dalam waktu kurang lebih 24 jam. Pada
puncak gejala klinis, seperti halnya dengan saliva dan air susu, tinja dan
kemih juga tertular oleh virus (Subronto, 2003).
Pada pedet
sampai umur 6 bulan, virus PMK ini dapat menyebabkan kematian karena
miokarditis. Mortalitas pada sapi dewasa sangat rendah, akan tetapi, walaupun
virus tidak melewati plasenta, sapi dapat keguguran. Disamping itu hewan yang
terserang menjadi tidak produktif atau produksinya rendah dalam waktu lama.
Hewan akan makan dalam jumlah sedikit selama seminggu setelah mulainya gejala
klinis dan sering malas. Mastitis dan abortus semakin menurunkan produksi susu.
Pada babi kelemasan seringkali merupakan tanda awal. Lesi pada kaki dapat
serius dan terasa sakit sehingga menyusahkan babi berdiri. Daerah terkelupas di
antara kuku biasanya terinfeksi bakteri. Vesikel pada mulut biasanya kurang
kentara dibandingkan dengan pada sapi, kalaupun ada yang besar, akan dengan
cepat pecah dan timbul pada cungur (MacLachlan
et al,2011).
3. Pemeriksaan terhadap penyakit yang
ditimbulkan oleh Aphthovirus.
Gejala yang ditimbulkan bervariasi
tergantung pada kondisi dan factor virulensi dari Penyakit mulut dan kuku
tersebut.Gejala klinis yang mula mula terlihat antara lain suhu tubuh meningkat
dan akan terlihat jelas pada sapi yang masih muda. Kenaikan ini akibat dari
fase viremia dari virus picorna virus.
Dan biasanya suhu tersebut akan
turun setelah terbentuknya lepuh-lepuh.
Lepuh-lepuh tersebut dapat ditemukan didalam mulut sehingga menyebabkan meningkatnya saliva dalam mulut sehingga terbentuk busa disekitar bibir.Lepuh tersebut juga dapat ditemukan pada ambing yang menyebabkan produksi susu turun dan kadang dapat menyebabkan keguguran. Pada tracak biasanya lepuh terjadi bersamaan dengan proses yang terjadi didalam mulut.
Lepuh-lepuh tersebut dapat ditemukan didalam mulut sehingga menyebabkan meningkatnya saliva dalam mulut sehingga terbentuk busa disekitar bibir.Lepuh tersebut juga dapat ditemukan pada ambing yang menyebabkan produksi susu turun dan kadang dapat menyebabkan keguguran. Pada tracak biasanya lepuh terjadi bersamaan dengan proses yang terjadi didalam mulut.
Lepuh yang terjadi menyebabkan rasa
sakit atau nyeri pada hewan yang menderita, sehingga menyebabkan hewan tersebut
malas bergerak dan hanya mau berbaring. Kesembuhan dari lesi yang tidak
mengalami komplikasi akan berlangsung dengan cepat berkisar antara 1-2minggu,
namun apabila ada infeksi skunder maka kesembuhan akan tertunda .
PMK ganas dimulai dengan gejala yang
berat, seperti suhu tubuh yang tinggi, kelesuan yang sanagt, pulsus, dan
respirasi yang cepat, dan diikuti dengan kematian yang dini. Gejala tersebut
muncul tiba-tiba, seringkali penderita mendadak beringas dan diikuti dengan
kematian. Dalam keadaan demikian jantung mengalami pembesaran. Ototnya melunak,
dan bergaris berwarna putih atau kuning dan biasanya dikenal dengan sebutan
jantung macan atau tiger heart (Subronto,
2003).
Perubahan
histopatologi yang dapat diamati adalah adanya edema inter dan intraseluler
pada sratum spinosum. Namun, jika vesikula sudah pecah, maka semua penyakit
vesikuler memiliki gambaran mikroskopi yang mirip sehingga tidak memungkinkan untuk
mendiagnosa penyakit PMK hanya bedasarkan gambaran mikroskopi. Virus PMK tidak
membentuk viral inclusion bodys.Perubahan patologis yang terjadi adalah
pembantukan lepuh dan kadang terdapat radang kataral dari mulut, tekak, dan
saluran udara. Lepuh dan ulser mungkin terbentuk di dalam pangkal tekak,
kerongkongan, rumen, reticulum, omasum, usus, dan bronchi,. Dalam keadaan yang
lebih berat, dapat terjadi gastroenteritis yang disertai perdarahan kecil dan
ulserasi. Kelenjar limferegional dan limpa juga dapat mengalami pembesaran, di
sampning perdarahan pada otot jantung jantung. Perubahan histologik di dalam jantung
meliputi degenerasi serabut otot serta adanya infiltrasi sel kecil bulat pada
jaringan interstisial
(Ressang,
1984).
4. Karakteristik, pathologi, gejala
klinis dan diagnosa dari Jembrana.
Penyakit
jembrana adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh Retrovirus, termasuk
dalam famili retroviridae. Penyakit ini umumnya diderita oleh sapi bali,
walaupun sapi lain juga bisa, akan tetapi gejala ringan. Setelah melalui
penelitian yang sangat panjang dan intensif pada tahun 1987 telah dapat
diisolasi virus penyebab jembrana dari plasma atau serum sapi yang sedang
demam. Virus yang ada didalam darah hewan demam dapat secara bebas
ditemukan diluar sel darah dalam jumlah yang sangat banyak. Ukuran virus 80-120
nm, mempunyai enzyme revase transcriptase, berkembang biak dalam sel dan keluar
sel memalui proses budding mirip virus lenti tipe C dapat dihancurkan dengan
ether , mempunyai 4 jenis protein yang utama : P26, P16, P100 dan grup P38,
42-45. Virus penyebab penyakit jembrana ini satu kelompok dengan virus HIV
penyebab AIDS pada manusia. Dan virus jembrana merupakan virus yang menyebabkan
immunodeficiency pada hewan khususnya sapi bali.
Gejala
klinis dari penyakit ini adalah kenaikan suhu, berkisar antara 39°C-42°C. Pada
suhu diatas 40°C dapat berlangsung selama 3 – 5 hari, dan kemudian akan diikuti
penurunan suhu, namun pada derajat subnormal sapi akan mati. Terjadi
pembengkakan kelenjar limfe, diare dengan tinja atau feses lembek, profus
sampai tercampur darah. Terjadi erosi ringan sampai nekrosis terbatas epitel
selaput lendir mulut. Dan pada sapi betina yang sedang bunting diatas 6 bulan
akan mengalami keguguran. Terlihat juga gejala keringat darah, perdarahan pada
mata, anoreksia, lesu, pernapasan dan detak nadi cepat, leucopenia disertai
dengan leukositosis (Subronto, 2003).
Perubahan
patologi secara makroskopik dari penyakit jembrana yaitu adanya perdarahan
secara umum seperti pada jaringan otot skelet, epikardium, endocardium, membran
serosa dan mukosa, serta adanya kebengkaan pada sistem limfoid.
Untuk
perubahan patologi secara mikroskopik adalah adanya proliferasi sel-sel
limforetikuler dan sistem limfohematopoietik serta adanya infiltrasi
limfositik pada pulmo, adrenal, ginjal, plexus choroideus. Adanya
leucostasis intravascular oleh makrofag pada pulmo dan jaringan lain. Dan
tidak mengenai sistem syaraf pusat. Imunosupresi dapat dilihat adanya
atropi folikuler dengan menurunnya sel-sel yang mengandung IgG pada organ-organ
limfoid dan menurunnya ratio sel-sel T CD4 dan CD8 di dalam folikel nodus
limfatikus.
Identifikasi :
·
Penyakit jembrana (JD) adalah penyakit menular akut
pada sapi Bali yang disebabkan oleh Retrovirus, keluarga lentivirinae yang
termasuk dalam famili retroviridae (Anonim, 2008)
·
Virus yang ada didalam darah hewan demam dapat
secara bebas ditemukan diluar sel darah dalam jumlah yang sangat banyak
·
Ukuran virus 80-120 nm, mempunyai enzyme reverse
transcriptase, berkembang biak dalam sel dan keluar sel melalui proses budding
mirip virus lenti tipe C dapat dihancurkan dengan ether, mempunyai 4 jenis
protein yang utama : P26, P16, P100 dan grup P38, 42-45
·
Merupakan virus yang menyebabkan immunodeficiency pada
hewan khususnya sapi bali (Subronto, 2003).
Virus ini memiliki 3 gen
utama dan 4 gen asesoris,yaitu
1)
Gen Utama
a)
Gen Gag mengkode protein
capsid dan matrik
b)
Gen Pol mengkode ensim reverse transkritase (polimerase)
c)
Gen Env mengkode peplomer amplop
2)
Gen Asesoris
a)
Gen tat : aksi trans activator sehingga transkripsi lebih
efisien dan mencegah terminasi transkripsi prematur
b)
Gen rev : protein yang telibat dalam splicing dan
transkripsi RNA viral, membuat m RNA translasi penuh
c)
Gen nef : sangat esensial untuk replikasi di makrofag
d) Gen vif :
protein untuk infektivitas viral (MacLachlan
et al,2011).
Pathogenesis
·
Produk yang terkontaminasi darah penderita.
·
Penggunaan jarum suntik dan serangga penghisap darah.
·
Kontak langsung dalam satu kandang. Kontak langsung
tersebut terkait dengan sekreta, saliva, urin, air susu induk, dan dapat
juga melalui semen ketika kawin alam, atau pada waktu AI.
·
Penyakit jembrana (JD) hanya menyerang sapi Bali,
sebegitu jauh penyakit jembrana tidak ditemui pada rumpun sapi yang lain. Sapi
yang terserang berumur lebih dari 1 tahun dan yang terbanyak 4-6 tahun dan
jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian penyakit ini
·
Sumber Infeksi: sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti sumber infeksi dari penyakit jembrana ini
·
Peranan vector : lewat penyakit insect born, contoh
: Culicoides sp dan nyamuk
Daftar
Pustaka.
Fenner, F.J., Gibbs, E.P.J., Murphy, F.A., Rott, R.,
Studdert, M.J., and White,
D.O., 1995,Virologi
Veteriner, Edisi Kedua, Academic Press Inc, California.
Ressang, A.A. 1984.Patologi Khusus Vetriner.
Bali Cattle Desase Investigation Unit :
Denpasar, Bali.
Subronto, 2003, Ilmu Penyakit Ternak I,
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Quinn, dkk. 2002. Veterinary Microbiology and
Microbial Disease. USA : Blackwell Science
Tidak ada komentar:
Posting Komentar