“ Pemeriksaan Anjing “.
Thursday,
May 30th 2013.
Learning Objectives.
1.
Bagaimana cara handling dan restrain
pada anjing ?
2.
Bagaimana pemeriksaan anjing secara
legeartis ?
Pembahasan.
1. Cara handing dan restrain pada
anjing.
Handling
a) Handling
anjing dalam posisi rebah lateral
Dengan
anjing di posisi berdiri, raih seluruh kaki anjing dan peganglah kaki depan dan
belakang dan dekatkan dengan tubuh handler. Perlahan-lahan angkat kaki anjing
dari meja (atau lantai), dan biarkan tubuhnya meluncur perlahan-lahan .Gunakan
lengan untuk menekan di sisi kepala, sehingga mengurangi pergerakan kepala
serta sedikit tekan panggul anjing dengan siku.
b) Handling
anjing dalam posisi rebah sterna
Pada
posisi rebah sternal biasanya berguna untuk membantu beberapa macam pemeriksaan
seperti pemeriksaan mata dan telinga. Handling pada possisi ini dapat dilakukan
dengan cara menemempatkan satu tangan di bawah leher dan tangan lainnya di
punggung dengan tangan sepanjang sisi anjing. Kemudian tangan yang lain
dicondongkan ke arah anjing untuk menarik kepala anjing ke arah bahu handler
bila dibutuhkan kontrol pada keadaan tertentu. Hewan yang ditempatkan pada
posisi ini dapat digunakan untuk pengambilan darah melalui vena jugularis.
c) Handling anjing dengan posisi duduk
Handling
anjing pada posisi ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan satu tangan di
bawah leher anjing sehingga lengan memegang kepala anjing aman terhadap
restrainer tubuh. Menempatkan lengan lain di sekitar kaki belakang untuk
mencegah anjing dari berdiri atau berbaring selama prosedur. Menarik anjing
dekat dengan dada lebih memungkinkan kontrol jika binatang itu mencoba untuk
bergerak.
d) Handling
anjing dengan posisi berdiri
Handling
anjing pada posisi ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan satu tangan di
bawah leher anjing sehingga memegang lengan kepala anjing aman. Kepala harus
sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk anjing menggigit salah satu
pemegang atau orang melakukan prosedur. Tempatkan lengan di bawah perut untuk
mencegah anjing dari duduk atau berbaring selama. prosedur. Menarik anjing
dekat tubuh untuk memungkinkan kontrol lebih jika binatang itu mencoba untuk
bergerak (Lane,
2003).
Restrain
Pada
dasarnya, prinsip dari restrain atau pengekangan terhadap pasien dalam hal ini
anjing hanya dilakukan sesederhana mungkin, seminimal mungkin, dan mudah untuk
dijalankan agar dapat menjamin keamanan dokter hewan yang memeriksa juga sebisa
mungkin tidak menyebabkan hewan menjadi tertekan akibat proses restrain
tersebut.Biasanya pada hewan yang telah cukup jinak dan sangat tergantung pada
majikan, proses restrain dapat dilakukan dengan meminta bantuan pemilik untuk
mengurangirasa gelisah pasien pada situasi yang asing. Secara umum yang perlu
diperhatikan pada anjing adalah ketika mencoba untuk menggigit. Oleh karenanya,
prosedur restrain hendaknya dipusatkan ke dareah moncong dan kepala. Pada
beberapa anjing, metode restrain dapat dilakukan dengan cara menggenggam kulit
leher pada dorsolateral telinga sehingga anjing tidak terlalu berontak ketika
akan diperiksa.
2. Pemeriksaan anjing secara
legeartis.
A.
Registrasi
Registrasi
adalah pencatatan data pemilik (klien) dan pasien. Isi dari registrasi adalah:
1) Data
pemilik: nama, alamat tempat tinggal dan
data lain yang menunjang pemeriksaan pasien.
2) Data
pasien: nama, breed, sex, age, spesific
pattern.
Fungsi
registrasi :
1) Mengingatkan;
terutama untuk pasien yang pernah ditangani/diperiksa.
2) Komunikasi;
terutama dengan kolega dalam hal rujukan.
3) Dokumentasi; contohnya untuk memonitor pasien yang dirujuk.
4) Efisiensi;
tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melihat riwayat pasien.
5) Pengaturan;
data lebih tertata dan mudah untuk mencarinya.
B.
Anamnesa
Anamnesa
merupakan wawancara terhadap klien untuk mendapatkan informasi tentang pasien.
Dengan anamnesa dokter hewan dapat mengetahui informasi tentang gambaran
keadaan hewan mulai sakit sampai sekarang, Kejadian-kejadian pada waktu lampau
yang ada hubunganya dengan penyakit yang sekarang diderita. Keadaan lingkungan,
hewan yang serumah/ sekandang, pakan, status vaksinasi, dsb.Dalam anamnesa
gunakan bahasa yang mudah difahami berdasarkan tingkat intelegensinya, sehingga
pemilik dapat memberikan jawaban yang benar. Pertanyaan yang diberikan juga
bersifat netral artinya tidak menduga terlebih dahulu jawabannya, juga hindari
pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak.
Menurut
Boddie (1962), sejarah dari suatu kasus dapat dibagi menjadi pre history, immediate
history, dan post history.
1. Prehistory
Merupakan
cerita mengenai kejadian-kejadian sebelum terjadinya penyakit yang
dikomplainkan klien. Misalnya saja penyakit yang dulu pernah diderita pasien,
kebuntingan yang dulu pernah dialami pasien (jika betina), komplikasi yang
terjadi pada kebuntingan yang terdahulu, mungkin juga penyakit yang pernah dialami teman
bermain si anjing, cara pemberian makan, dan mungkin juga keadaan lingkungan
tempat tinggal anjing.
2. Immediate history
Merupakan
sejarah sejak hewannya pertama kali menunjukkan gejala penyakit yang
dikomplainkan oleh klien hingga saat pasien dibawa dan dirawat oleh dokter
hewan. Di sini klien dapat menceritakan kemungkinan terjadinya penyakit pada
klien menurut apa yang dilihatnya.
3. Post History
Merupakan
sejarah dimana hewan tersebut menunjukann gejala atau perubahan-perubahan
setelah dirujuk ke dokter hewan lain atau dengan pemberian obat terlebih dahulu
sebelum dirujuk ke dokter hewan(Boddie, 1956).
C.
Handling
dan Restrain
D.
Pemeriksaan
Fisik
1)
Pemeriksaan
Umum
a) Temperatur
Temperatur dapat diukur melalui rongga mulut dan melalui
lubang anus. Sebelumnya olesi ujung thermometer dengan bahan pelicin (missal
vaselin). Masukkan ujung thermometer ke lubang anus, tunggu sampai angkanya
terhenti (± 3 menit) dan hitung skalanya. Jika dilakukan pada rongga mulut
(rongga pipi) maka hasil ditambah 0,5oC karena adanya evaporasi (penguapan).
Suhu normal pada anjing adalah 37,8oC – 39,5oC.
b) Pulsus
Pulsus
pada hewan kecil dapat diraba pada arteri femoralis (sebelah medial femur) dan
lakukan penghitungan selama 1 menit. Bila mengalami kesulitan dapat dilakukan
selama 15 detik kemudian dikalikan empat. Frekuensi pulsus normal pada anjing
adalah 76-148 kali/menit.
c) Nafas
Frekuensi
nafas dapat dihitung dengan memperhatikan gerak toracoabdominal dalam keadaan
hewan istirahat dan tenang atau juga dapat dengan memperhatikan udara yang
keluar masuk melalui lubang hidung . Untuk normalnya pada anjing adalah 24-42 kali/menit.
d) Selaput Lendir
Pemeriksaan selaput lendir meliputi conjunctiva,
hidung, mulut, dan vulva. Pada conjunctiva,
geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan
telunjuk sedikit ditekan, maka akan tampak conjunctiva palpebrarum. Tekan
kelopak mata bawah dengan ibu jari maka conjunctiva palpebrarum bawah akan
tampak pula. Normal pada anjing berwarna pink.
Pada hidung, mulut dan vulva pada keadaan normalnya
selalu basah dan berwarna pink, selain itu lakukan juga pemeriksaan CRT
(Capilary Refiil Time/ waktu terisinya kembali kapiler) dengan cara membuka
bibir hewan kemudian menekan gusi dan melepaskan kembali. Waktu normal maximal
2 detik
e) Pemeriksaan Kulit dan Rambut
Pemeriksaan
rambut dapat dilakukan dengan mengamati keteraturan susunan rambut, tingkat
kerontokan, dan kilauan. Sedangkan pada rambut dapat diinspeksi lesi-lesi atau
abnormalitas yang nampak. Tingkat elastisitas dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan
turgor dengan mengangkat kulit bagian tengkuk dan mengukur waktu kembali.
Anjing normal mempunyai waktu turgor kurang dari 2 detik.Lama waktu turgor
menunjukkan status dehidrasi anjing (Boddie, 1956).
2)
Pemeriksaan
Khusus
a)
Sistem
Pencernaan
Berikan
pakan/minum untuk melihat nafsu makan dan minum. Perhatikan juga keadaan
abdomen dan bandingkan sebelah kanan dan kiri. Amati mulut, dubur, kulit
sekitar dubur dan kaki belakang. Terus perhatikan cara defekasi dan amati
tinjanya.
Ø Mulut,
Pharynx, dan Oesophagus; Buka mulut anjing dengan menekan bibir kebawah gigi
atau ke dalam mulut, kemudian lakukan inspeksi. Bila perlu, tekan lidah dengan
spatel agar dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa. Pada anjing yang galak,
rahang dapat ditali dengan kain lalu rahang atas ditarik ke atas dan rahang
bawah ditarik kebawah. Perhatikan bau, mulut, selaput lendir mulut, pharynx,
lidah, gusi, dan gigi-geligih. Perhatikan kemungkinan adanaya lesi, benda
asing, perubahan warna, dan anomali lainnya. Perhatikan pula limfoglandula
regional dan kelenjar ludah. Palpasi oesophagus dari luar sebelah kiri dan raba
pharynx dari luar. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan radiologi dengan
sebelumnya memasukkan ke dalam oesopahgus bahan tak tembus sinar rontgen,
misalnya bubur atau barium sulfat (Boddie, 1956).
Ø Abdomen;
Lakukan inspeksi keadaan abdomen bagian kiri dan kanan, palpasi daerah abdomen
secara menyeluruh dengan menekan ujung jari tangan kiri dan kanan dari dua sisi
perut sampai kedua ujung jari bersentuhan atau hanya dibatasi oleh benda atau
organ di dalam perut. Perhatikan isi abdomen yang teraba. Lakukan auskultasi
dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui peristaltik usus. Lakukan
eksplorasi dengan jari kelingking (pakailah sarung tangan dari karet atau
plastik yang diberi pelicin). Perhatikan kemungkinan adanya rasa nyeri pada
anus atau rektum, adanya benda asing atau tinja yang keras. Ambil feses untuk
pemeriksaan laboratorium, apabila terjadi konstipasi lakukan pemberian enema
dengan memasukkan kedalam rectum ¼ -1 ml glyserin atau air sabun hangat 5-30
ml, kemudian ajak anjing ke halaman supaya leluasa bergerak dan buang air,
perhatikan pula warna dan konsistensi tinjanya. Periksalah anus dan pencetlah
anus dari dua sisi dengan jari tangan yang dilapisi dengan kapas perhatikan
kemungkinan adanya cairan yang keluar (Boddie, 1956).
b) Sistem Pernafasan
Perhatikan
adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk dan bersin, perhatikan
frekuensi dan amati tipe nafasnya.
Ø Hidung;
Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, raba suhu lokal dengan
menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung. Letakkan kapas di depan
hidung kemudian liat reaksi kapasnya. Lakukan perkusi pada daerah sinus
frontalis dan perhatikan suaranya.
Ø Pharynx,
Larinx, Trakea; Lakukan palpasi dari luar, perhatikan reaksi dan suhunya,
perhatikan pula limfoglandula regional terutama limfoglandula submaxillaris, suprapharyngealis, dan parapharyngealis, perhatikan suhu,
konsistensi, dan besarnya, bandingkan limfoglandula kanan dan kiri.
Ø Rongga dada;
Tentukan daerah perkusi atau auskultasi paru-paru dan gambar di atas kertas
dengan meletakkan garis batas depan sejajar vertikal, daerah kanan di sebelah
kiri dan darah kiri di sebelah kanan ke atas, lakukan auskultasi dan perhatikan
hasilnya, bandingkan dengan hasil auskultasi dengan trakea. Lakukan perkusi
digital dengan membaringkan anjing pada alas yang kompak, perhatikan suara
perkusi yang di hasilkan. Lakukan palpasi pada intercostae. Perhatikan adanya
rasa nyeri pada pleura dan edeme subcutis. Pada anjing dan hewan kecil dapat
dilakukan pemeriksaan radiologis (Boddie, 1956).
c) Sistem Sirkulasi
Perhatikan
adanya kelainan darah dan sirkulasi seperti anemia, sianosis, edema atau
ascites, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau langkah
hewan. Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi, kerjakan
pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah
jantung (sebelah kiri). Perhatikan adanya pulsasi di daerah vena jugularis
dengan memeriksa pada 1/3 bawah leher, perhatikan kemungkinan adanya pulsus.
Periksalah keadaan pembuluh darah perifer dengan pemeriksaan selaput lendir dan
mukosa (Boddie, 1956).
d) Sistem Limphatica
Lakukan
inspeksi kemungkinan adanya kebengkakan limfoglandula. Limfoglandula yang dapat
dipalpasi pada anjing yaitu; lgl. submaxillaris, lgl. parotidea, lgl.
retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl. cervicalis medius, lgl.
cervicalis caudalis, lgl. prescapularis, lgl. axillaris (dapat teraba jika kaki
diabduksikan), lgl. inguinalis, lgl. superficialis (pada betina disebut lgl.
supramammaria), lgl. poplitea, lgl. mesenterialis. Lakukan palpasi di daerah
lgl, perhatikan reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta simetrinya kanan
dan kiri (Boddie, 1956).
e) Sistem Lokomotor
Perhatikan
posisi, cara berdiri dan berjalan. Periksalah musculi dengan membandingkan
ekstremitas kanan dan kiri. Serta melakukan palpasi. Perhatikan suhu, kontur,
adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan tulang seperti musculi
diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Coba gerak-gerakkan apakah ada rasa
nyeri atau mungkin ada krepitasi (fraktur). Pemeriksaan radiologi bila perlu.
Persendian diperiksa dengan inspeksi cara berjalan dan keadaan persendian,
lakukan palpasi apakah ada penebalan, cairan (pada kantong synovial atau pada
vagina tendinea). Gerak-gerakkan, perhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan
persendian (Boddie, 1956).
f) Organ Uropoetica
Perhatikan
sikap pada waktu kencing. Amati urine yang keluar, perhatikan warnanya, baunya
dan adanya anomali (darah, jonjot, kekeruhan dan lain sebagainya).
Ø Ginjal
anjing dilakukan palpasi pada daerah lumbal, cari ginjal. Pada kucing dipalpasi
dengan rongga perut, ginjal kucing menggantung.Perhatikan reaksi, besar,
konsistensi dan simetrinya.
Ø Untuk vesica
urinaria, palpasi rongga perut pada waktu isi, kosongkan dengan kateter,
palpasi pada keadaan kosong, raba kemungkinan adanya benda asing (batu, tumbuh
ganda) atau adanya pembengkakan/penebalan dinding vesica urinaria.
Ø Kateterisasi/pengambilan
urin; ambil kateter sesuai dengan kelamin dan besar hewan. Kateter dimasukkan
secara legeartis (kateter steril, dengan lubricant yang steril, tidak
mengiritasi dan mengandung antiseptika).
Pemeriksaan urin; pemeriksaan fisik, perhatikan air kemih yang telah di
tamping, perhatikan warna, kekentalan, adanya benda-benda yang mencurigakan dan
bau. Pemeriksaan laboratorium, minimal harus dilakukan pemeriksaan protein, pH,
dan endapan, bila perlu ambil darahnya untuk pemeriksaaan urea (BUN,blood urea nitrogen) dan kreatinin
(Boddie, 1956).
g) Sistem Syaraf Pusat
Ø N.
olfactorius (pembau). Dengan cara mendekatkan ikan, daging dan lain sebagainya
yang merangsang syaraf pembau tanpa mendengar atau melihat.
Ø N. opticus
(penglihatan). Gerakkan jari telunjuk di muka matanya, perhatikan apakah hewan
mengikuti gerakan telunjuk, dan perhatikan reaksi pupil.
Ø N.
oculomotorius, N. trochlearis, N. abducens. Perhatikan pergerakan palpebrae
atas, dan gerakan bola mata serta pupil. Untuk pemeriksaan pupil tutup salah
satu mata, buka cepat dan perhatikan reaksinya terhadap sinar.
Ø N.
trigeminus untuk sensorik, mototrik, dan sekretorik. Lakukan rangsangan dan
perhatikan reaksinya pada otot-otot daerah kepala dan mata, perhatikan saliva
dan lakrimasi. Perhatikan adanya hyperaesthesi, paralisa dan adanya sekresi
yang berlebihan atau berkurang, perhatikan cara mastikasi juga.
Ø N. facialis
(wajah). Perhatikan kontur m. facialis, apakah lumpuh bilateral atau muka/bibir
menggantung sebelah pada kelumpuhan unilateral.
Ø N.
auditorius (pendengaran/keseimbangan). Perhatikan apakah hewan miring sebelah,
sempoyongan, dan panggil namanya. Pada telinga pakai lampu (penlight) atau otoscope, periksa adanya radang, cairan, kotoran, dan pertumbuhan
abnormal.
Ø N.
glossopharingeal. Pada anjing buka mulut rangsang bagian belakang faring. Pada
hewan besar perhatikan cara menelan.
Ø N. vagus
(organ dalam) untuk sensorik dan motorik, pada jantung kerjanya inhibitor.
Ø N. spinal
accessories. Perhatikan scapula, pada paralisa unilateral salah satu scapula
menggantung (kelumpuhan syaraf yang menginervasi m. trapezius/m.
sternocephalicus).
Ø N.
hypoglossus. Perhatikan lidah apakah menjulur keluar (paralisa bilateral) atau
menjulur ke salah satu mulut (paralisa unilateral) (Boddie,1956).
Syaraf
Perifer
Perhatikan aktifitas otot, stimulasi
dengan meraba, memijit, menusuk, mencubit dengan jari atau arteri klem atau
pinset chirurgis.
Ø Reflex
superficial; Conjunctiva (untuk serabut sensorik dari cabang ophthalmic dan
cabang maxillaries syaraf cranial V). Cornea (untuk serabut sensorik dari
cabang ophthalmic dan maxillaris cabang syaraf cranial V). Pupil (N. opticus:
sensorik, N. oculomotorius: motorik). Perineal (N. spinalis) sentuh perineum,
perhatikan reaksinya. Pedal (arcus reflex): sentuh, pijit, pinset (cubit)
telapak kaki/interdigiti, perhatikan reaksi menarik pada kaki.
Ø Reflex
profundal; patella, pada hewan kecil dilakukan dalam keadaan berbaring, pukul
pada ligamentum patellae mediale. Bila reflex bagus m. quardriseps femoris akan
berkontraksi mendadak/menendang. Tarsal, lakukan perkusi pada tendo achilles,
bila refleksnya bagus maka m. gastrocnemius akan berkontraksi (tampak menendang).
Ø Reflex
organic; menelan (koordinasi neuromuscular di daearah pharynx dan oesophagus,
gangguan mekanisme ini terjadi pada tetanus, keracunan strichnin, tetani,
paralyse N. XII dan N. X). respirasi (pusat reflex di medulla oblongata, otak,
medulla spinalis daerah thorax). Defekasi (syaraf yang menginervasi spincter
ani) (Boddie, 1956).
Daftar
Pustaka.
Boddie, G. 1956. Diagnostic Methods in Veterinary
Medicine. London: Oliver and Boyd.
Gandasoebrata,R. 1970.Penuntun Laboratorium Klinik.Bandung : Penerbit Dian Rakyat .
Lane, C. B. 2003. Veterinary
Nursing (Formerly Jones Animal Nursing 5th). USA: Pergamon.
Rock, A. 2007. Veterinary
Pharmacology. London: Elsevier.
Sardjana, K., & Kusumawati, D.
2004. Anestesi Veteriner Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar