Minggu, 02 Juni 2013

Pemeriksaan Anjing.

Pemeriksaan Anjing “.
Thursday, May 30th 2013.
Learning Objectives.
1.      Bagaimana cara handling dan restrain pada anjing ?
2.      Bagaimana pemeriksaan anjing secara legeartis ?

Pembahasan.
1.      Cara handing dan restrain pada anjing.
Handling
a)      Handling anjing dalam posisi rebah lateral
Dengan anjing di posisi berdiri, raih seluruh kaki anjing dan peganglah kaki depan dan belakang dan dekatkan dengan tubuh handler. Perlahan-lahan angkat kaki anjing dari meja (atau lantai), dan biarkan tubuhnya meluncur perlahan-lahan .Gunakan lengan untuk menekan di sisi kepala, sehingga mengurangi pergerakan kepala serta sedikit tekan panggul anjing dengan siku.
b)      Handling anjing dalam posisi rebah sterna
Pada posisi rebah sternal biasanya berguna untuk membantu beberapa macam pemeriksaan seperti pemeriksaan mata dan telinga. Handling pada possisi ini dapat dilakukan dengan cara menemempatkan satu tangan di bawah leher dan tangan lainnya di punggung dengan tangan sepanjang sisi anjing. Kemudian tangan yang lain dicondongkan ke arah anjing untuk menarik kepala anjing ke arah bahu handler bila dibutuhkan kontrol pada keadaan tertentu. Hewan yang ditempatkan pada posisi ini dapat digunakan untuk pengambilan darah melalui vena jugularis.
c)       Handling anjing dengan posisi duduk
Handling anjing pada posisi ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga lengan memegang kepala anjing aman terhadap restrainer tubuh. Menempatkan lengan lain di sekitar kaki belakang untuk mencegah anjing dari berdiri atau berbaring selama prosedur. Menarik anjing dekat dengan dada lebih memungkinkan kontrol jika binatang itu mencoba untuk bergerak.
d)     Handling anjing dengan posisi berdiri
Handling anjing pada posisi ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga memegang lengan kepala anjing aman. Kepala harus sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk anjing menggigit salah satu pemegang atau orang melakukan prosedur. Tempatkan lengan di bawah perut untuk mencegah anjing dari duduk atau berbaring selama. prosedur. Menarik anjing dekat tubuh untuk memungkinkan kontrol lebih jika binatang itu mencoba untuk bergerak (Lane, 2003).
Restrain
Pada dasarnya, prinsip dari restrain atau pengekangan terhadap pasien dalam hal ini anjing hanya dilakukan sesederhana mungkin, seminimal mungkin, dan mudah untuk dijalankan agar dapat menjamin keamanan dokter hewan yang memeriksa juga sebisa mungkin tidak menyebabkan hewan menjadi tertekan akibat proses restrain tersebut.Biasanya pada hewan yang telah cukup jinak dan sangat tergantung pada majikan, proses restrain dapat dilakukan dengan meminta bantuan pemilik untuk mengurangirasa gelisah pasien pada situasi yang asing. Secara umum yang perlu diperhatikan pada anjing adalah ketika mencoba untuk menggigit. Oleh karenanya, prosedur restrain hendaknya dipusatkan ke dareah moncong dan kepala. Pada beberapa anjing, metode restrain dapat dilakukan dengan cara menggenggam kulit leher pada dorsolateral telinga sehingga anjing tidak terlalu berontak ketika akan diperiksa.
2.      Pemeriksaan anjing secara legeartis.
A.    Registrasi
Registrasi adalah pencatatan data pemilik (klien) dan pasien. Isi dari registrasi adalah:
1)      Data pemilik:  nama, alamat tempat tinggal dan data lain yang menunjang pemeriksaan pasien.
2)      Data pasien: nama, breed, sex, age, spesific pattern.
Fungsi registrasi :
1)      Mengingatkan; terutama untuk pasien yang pernah ditangani/diperiksa.
2)      Komunikasi; terutama dengan kolega dalam hal rujukan.
3)      Dokumentasi; contohnya untuk memonitor pasien yang dirujuk.
4)      Efisiensi; tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melihat riwayat pasien.
5)      Pengaturan; data lebih tertata dan mudah untuk mencarinya.

B.     Anamnesa
Anamnesa merupakan wawancara terhadap klien untuk mendapatkan informasi tentang pasien. Dengan anamnesa dokter hewan dapat mengetahui informasi tentang gambaran keadaan hewan mulai sakit sampai sekarang, Kejadian-kejadian pada waktu lampau yang ada hubunganya dengan penyakit yang sekarang diderita. Keadaan lingkungan, hewan yang serumah/ sekandang, pakan, status vaksinasi, dsb.Dalam anamnesa gunakan bahasa yang mudah difahami berdasarkan tingkat intelegensinya, sehingga pemilik dapat memberikan jawaban yang benar. Pertanyaan yang diberikan juga bersifat netral artinya tidak menduga terlebih dahulu jawabannya, juga hindari pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak.
Menurut Boddie (1962), sejarah dari suatu kasus dapat dibagi menjadi pre history,  immediate history, dan post history.
1.      Prehistory
Merupakan cerita mengenai kejadian-kejadian sebelum terjadinya penyakit yang dikomplainkan klien. Misalnya saja penyakit yang dulu pernah diderita pasien, kebuntingan yang dulu pernah dialami pasien (jika betina), komplikasi yang terjadi pada kebuntingan yang terdahulu, mungkin  juga penyakit yang pernah dialami teman bermain si anjing, cara pemberian makan, dan mungkin juga keadaan lingkungan tempat tinggal anjing.
2.      Immediate history
Merupakan sejarah sejak hewannya pertama kali menunjukkan gejala penyakit yang dikomplainkan oleh klien hingga saat pasien dibawa dan dirawat oleh dokter hewan. Di sini klien dapat menceritakan kemungkinan terjadinya penyakit pada klien menurut apa yang dilihatnya.
3.      Post History
Merupakan sejarah dimana hewan tersebut menunjukann gejala atau perubahan-perubahan setelah dirujuk ke dokter hewan lain atau dengan pemberian obat terlebih dahulu sebelum dirujuk ke dokter hewan(Boddie, 1956).

C.    Handling dan Restrain


D.    Pemeriksaan Fisik
1)      Pemeriksaan Umum
a)      Temperatur
Temperatur dapat diukur melalui rongga mulut dan melalui lubang anus. Sebelumnya olesi ujung thermometer dengan bahan pelicin (missal vaselin). Masukkan ujung thermometer ke lubang anus, tunggu sampai angkanya terhenti (± 3 menit) dan hitung skalanya. Jika dilakukan pada rongga mulut (rongga pipi) maka hasil ditambah 0,5oC karena adanya evaporasi (penguapan). Suhu normal pada anjing adalah 37,8oC – 39,5oC.
b)       Pulsus
Pulsus pada hewan kecil dapat diraba pada arteri femoralis (sebelah medial femur) dan lakukan penghitungan selama 1 menit. Bila mengalami kesulitan dapat dilakukan selama 15 detik kemudian dikalikan empat. Frekuensi pulsus normal pada anjing adalah 76-148 kali/menit.
c)       Nafas
Frekuensi nafas dapat dihitung dengan memperhatikan gerak toracoabdominal dalam keadaan hewan istirahat dan tenang atau juga dapat dengan memperhatikan udara yang keluar masuk melalui lubang hidung . Untuk normalnya pada anjing adalah 24-42 kali/menit. 
d)      Selaput Lendir
Pemeriksaan selaput lendir meliputi conjunctiva, hidung, mulut, dan vulva. Pada conjunctiva, geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan telunjuk sedikit ditekan, maka akan tampak conjunctiva palpebrarum. Tekan kelopak mata bawah dengan ibu jari maka conjunctiva palpebrarum bawah akan tampak pula. Normal pada anjing berwarna pink.
Pada hidung, mulut dan vulva pada keadaan normalnya selalu basah dan berwarna pink, selain itu lakukan juga pemeriksaan CRT (Capilary Refiil Time/ waktu terisinya kembali kapiler) dengan cara membuka bibir hewan kemudian menekan gusi dan melepaskan kembali. Waktu normal maximal 2 detik
e)      Pemeriksaan Kulit dan Rambut
Pemeriksaan rambut dapat dilakukan dengan mengamati keteraturan susunan rambut, tingkat kerontokan, dan kilauan. Sedangkan pada rambut dapat diinspeksi lesi-lesi atau abnormalitas yang nampak. Tingkat elastisitas dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan turgor dengan mengangkat kulit bagian tengkuk dan mengukur waktu kembali. Anjing normal mempunyai waktu turgor kurang dari 2 detik.Lama waktu turgor menunjukkan status dehidrasi anjing (Boddie, 1956).
2)      Pemeriksaan Khusus
a)      Sistem Pencernaan
Berikan pakan/minum untuk melihat nafsu makan dan minum. Perhatikan juga keadaan abdomen dan bandingkan sebelah kanan dan kiri. Amati mulut, dubur, kulit sekitar dubur dan kaki belakang. Terus perhatikan cara defekasi dan amati tinjanya.
Ø Mulut, Pharynx, dan Oesophagus; Buka mulut anjing dengan menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam mulut, kemudian lakukan inspeksi. Bila perlu, tekan lidah dengan spatel agar dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa. Pada anjing yang galak, rahang dapat ditali dengan kain lalu rahang atas ditarik ke atas dan rahang bawah ditarik kebawah. Perhatikan bau, mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi, dan gigi-geligih. Perhatikan kemungkinan adanaya lesi, benda asing, perubahan warna, dan anomali lainnya. Perhatikan pula limfoglandula regional dan kelenjar ludah. Palpasi oesophagus dari luar sebelah kiri dan raba pharynx dari luar. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan radiologi dengan sebelumnya memasukkan ke dalam oesopahgus bahan tak tembus sinar rontgen, misalnya bubur atau barium sulfat (Boddie, 1956).
Ø Abdomen; Lakukan inspeksi keadaan abdomen bagian kiri dan kanan, palpasi daerah abdomen secara menyeluruh dengan menekan ujung jari tangan kiri dan kanan dari dua sisi perut sampai kedua ujung jari bersentuhan atau hanya dibatasi oleh benda atau organ di dalam perut. Perhatikan isi abdomen yang teraba. Lakukan auskultasi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui peristaltik usus. Lakukan eksplorasi dengan jari kelingking (pakailah sarung tangan dari karet atau plastik yang diberi pelicin). Perhatikan kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus atau rektum, adanya benda asing atau tinja yang keras. Ambil feses untuk pemeriksaan laboratorium, apabila terjadi konstipasi lakukan pemberian enema dengan memasukkan kedalam rectum ¼ -1 ml glyserin atau air sabun hangat 5-30 ml, kemudian ajak anjing ke halaman supaya leluasa bergerak dan buang air, perhatikan pula warna dan konsistensi tinjanya. Periksalah anus dan pencetlah anus dari dua sisi dengan jari tangan yang dilapisi dengan kapas perhatikan kemungkinan adanya cairan yang keluar (Boddie, 1956).
b)     Sistem Pernafasan
Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk dan bersin, perhatikan frekuensi dan amati tipe nafasnya.
Ø Hidung; Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, raba suhu lokal dengan menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung. Letakkan kapas di depan hidung kemudian liat reaksi kapasnya. Lakukan perkusi pada daerah sinus frontalis dan perhatikan suaranya.
Ø Pharynx, Larinx, Trakea; Lakukan palpasi dari luar, perhatikan reaksi dan suhunya, perhatikan pula limfoglandula regional terutama limfoglandula submaxillaris, suprapharyngealis, dan parapharyngealis, perhatikan suhu, konsistensi, dan besarnya, bandingkan limfoglandula kanan dan kiri.
Ø Rongga dada; Tentukan daerah perkusi atau auskultasi paru-paru dan gambar di atas kertas dengan meletakkan garis batas depan sejajar vertikal, daerah kanan di sebelah kiri dan darah kiri di sebelah kanan ke atas, lakukan auskultasi dan perhatikan hasilnya, bandingkan dengan hasil auskultasi dengan trakea. Lakukan perkusi digital dengan membaringkan anjing pada alas yang kompak, perhatikan suara perkusi yang di hasilkan. Lakukan palpasi pada intercostae. Perhatikan adanya rasa nyeri pada pleura dan edeme subcutis. Pada anjing dan hewan kecil dapat dilakukan pemeriksaan radiologis (Boddie, 1956).
c)      Sistem Sirkulasi
Perhatikan adanya kelainan darah dan sirkulasi seperti anemia, sianosis, edema atau ascites, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau langkah hewan. Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi, kerjakan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah jantung (sebelah kiri). Perhatikan adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan memeriksa pada 1/3 bawah leher, perhatikan kemungkinan adanya pulsus. Periksalah keadaan pembuluh darah perifer dengan pemeriksaan selaput lendir dan mukosa (Boddie, 1956).
d)     Sistem Limphatica
Lakukan inspeksi kemungkinan adanya kebengkakan limfoglandula. Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada anjing yaitu; lgl. submaxillaris, lgl. parotidea, lgl. retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl. cervicalis medius, lgl. cervicalis caudalis, lgl. prescapularis, lgl. axillaris (dapat teraba jika kaki diabduksikan), lgl. inguinalis, lgl. superficialis (pada betina disebut lgl. supramammaria), lgl. poplitea, lgl. mesenterialis. Lakukan palpasi di daerah lgl, perhatikan reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta simetrinya kanan dan kiri (Boddie, 1956).

e)      Sistem Lokomotor
Perhatikan posisi, cara berdiri dan berjalan. Periksalah musculi dengan membandingkan ekstremitas kanan dan kiri. Serta melakukan palpasi. Perhatikan suhu, kontur, adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan tulang seperti musculi diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Coba gerak-gerakkan apakah ada rasa nyeri atau mungkin ada krepitasi (fraktur). Pemeriksaan radiologi bila perlu. Persendian diperiksa dengan inspeksi cara berjalan dan keadaan persendian, lakukan palpasi apakah ada penebalan, cairan (pada kantong synovial atau pada vagina tendinea). Gerak-gerakkan, perhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan persendian (Boddie, 1956).
f)       Organ Uropoetica
Perhatikan sikap pada waktu kencing. Amati urine yang keluar, perhatikan warnanya, baunya dan adanya anomali (darah, jonjot, kekeruhan dan lain sebagainya).
Ø  Ginjal anjing dilakukan palpasi pada daerah lumbal, cari ginjal. Pada kucing dipalpasi dengan rongga perut, ginjal kucing menggantung.Perhatikan reaksi, besar, konsistensi dan simetrinya.
Ø  Untuk vesica urinaria, palpasi rongga perut pada waktu isi, kosongkan dengan kateter, palpasi pada keadaan kosong, raba kemungkinan adanya benda asing (batu, tumbuh ganda) atau adanya pembengkakan/penebalan dinding vesica urinaria.
Ø  Kateterisasi/pengambilan urin; ambil kateter sesuai dengan kelamin dan besar hewan. Kateter dimasukkan secara legeartis (kateter steril, dengan lubricant yang steril, tidak mengiritasi dan mengandung antiseptika). 
Pemeriksaan urin; pemeriksaan fisik, perhatikan air kemih yang telah di tamping, perhatikan warna, kekentalan, adanya benda-benda yang mencurigakan dan bau. Pemeriksaan laboratorium, minimal harus dilakukan pemeriksaan protein, pH, dan endapan, bila perlu ambil darahnya untuk pemeriksaaan urea (BUN,blood urea nitrogen) dan kreatinin (Boddie, 1956).

g)      Sistem Syaraf Pusat
Ø N. olfactorius (pembau). Dengan cara mendekatkan ikan, daging dan lain sebagainya yang merangsang syaraf pembau tanpa mendengar atau melihat.
Ø N. opticus (penglihatan). Gerakkan jari telunjuk di muka matanya, perhatikan apakah hewan mengikuti gerakan telunjuk, dan perhatikan reaksi pupil.
Ø N. oculomotorius, N. trochlearis, N. abducens. Perhatikan pergerakan palpebrae atas, dan gerakan bola mata serta pupil. Untuk pemeriksaan pupil tutup salah satu mata, buka cepat dan perhatikan reaksinya terhadap sinar.
Ø N. trigeminus untuk sensorik, mototrik, dan sekretorik. Lakukan rangsangan dan perhatikan reaksinya pada otot-otot daerah kepala dan mata, perhatikan saliva dan lakrimasi. Perhatikan adanya hyperaesthesi, paralisa dan adanya sekresi yang berlebihan atau berkurang, perhatikan cara mastikasi juga.
Ø N. facialis (wajah). Perhatikan kontur m. facialis, apakah lumpuh bilateral atau muka/bibir menggantung sebelah pada kelumpuhan unilateral.
Ø N. auditorius (pendengaran/keseimbangan). Perhatikan apakah hewan miring sebelah, sempoyongan, dan panggil namanya. Pada telinga pakai lampu (penlight) atau otoscope, periksa adanya radang, cairan, kotoran, dan pertumbuhan abnormal.
Ø N. glossopharingeal. Pada anjing buka mulut rangsang bagian belakang faring. Pada hewan besar perhatikan cara menelan.
Ø N. vagus (organ dalam) untuk sensorik dan motorik, pada jantung kerjanya inhibitor.
Ø N. spinal accessories. Perhatikan scapula, pada paralisa unilateral salah satu scapula menggantung (kelumpuhan syaraf yang menginervasi m. trapezius/m. sternocephalicus).
Ø N. hypoglossus. Perhatikan lidah apakah menjulur keluar (paralisa bilateral) atau menjulur ke salah satu mulut (paralisa unilateral) (Boddie,1956).

Syaraf Perifer
Perhatikan aktifitas otot, stimulasi dengan meraba, memijit, menusuk, mencubit dengan jari atau arteri klem atau pinset chirurgis.
Ø Reflex superficial; Conjunctiva (untuk serabut sensorik dari cabang ophthalmic dan cabang maxillaries syaraf cranial V). Cornea (untuk serabut sensorik dari cabang ophthalmic dan maxillaris cabang syaraf cranial V). Pupil (N. opticus: sensorik, N. oculomotorius: motorik). Perineal (N. spinalis) sentuh perineum, perhatikan reaksinya. Pedal (arcus reflex): sentuh, pijit, pinset (cubit) telapak kaki/interdigiti, perhatikan reaksi menarik pada kaki.
Ø Reflex profundal; patella, pada hewan kecil dilakukan dalam keadaan berbaring, pukul pada ligamentum patellae mediale. Bila reflex bagus m. quardriseps femoris akan berkontraksi mendadak/menendang. Tarsal, lakukan perkusi pada tendo achilles, bila refleksnya bagus maka m. gastrocnemius akan berkontraksi (tampak menendang).
Ø Reflex organic; menelan (koordinasi neuromuscular di daearah pharynx dan oesophagus, gangguan mekanisme ini terjadi pada tetanus, keracunan strichnin, tetani, paralyse N. XII dan N. X). respirasi (pusat reflex di medulla oblongata, otak, medulla spinalis daerah thorax). Defekasi (syaraf yang menginervasi spincter ani) (Boddie, 1956).


Daftar Pustaka.
Boddie, G. 1956. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. London: Oliver and Boyd.
 Gandasoebrata,R. 1970.Penuntun Laboratorium Klinik.Bandung : Penerbit Dian Rakyat .
Lane, C. B. 2003. Veterinary Nursing (Formerly Jones Animal Nursing 5th). USA: Pergamon.
Rock, A. 2007. Veterinary Pharmacology. London: Elsevier.
Sardjana, K., & Kusumawati, D. 2004. Anestesi Veteriner Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar