“ Kuda Poni Kolik “
Thursday, June 20th 2013
Learning
Objectives.
1. Bagaimana
pemeriksaan kuda secara legeartis (khusus sistem pencernaan) ?
2. Bagaimana
etiologi, gejala klinis dan penanganan kolik ?
Pembahasan.
1. Pemeriksaan kuda secara
legeartis.
A. Registrasi.
Registrasi
yaitu pencatatan data pemilik dan data dari pasien. Registrasi untuk klien meliputi
pencatatan nama, alamat, dan nomor telepon klien. Registrasi untuk pasien
meliputi breed (ras), sex (jenis kelamin), age (umur), dan specific pattern
(tanda yang menciri) (B-S-A-S). Registrasi ditulis di sebuah kertas yang
disebut ambulatoir, dimana masnig-masing spesies hewan berbeda-beda warnanya,
pada kuda ambulatoir berwarna pink.
Materi lain untuk Registrasi antara
lain keterangan status vaksinasi dan keadaan kesehatan, keterangan tentang
penyakit yang sedang diderita serta penanganan yang sudah dilakukan, alasan
konsultasi, sejarah penyakit, hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan tambahan
(laboratorium, Rongent, Histopat dll). Diagnosis, Prognosis, dan terapi/pengobatannya,
tindakan operasi dan rujukan.
B.
Anamnesa
Anamnesa merupakan wawancara
terhadap klien untuk mendapatkan kunci mengenai keadaan
pasien. Dengan anamnesa drh dapat mengetahui
informasi tentang gambaran keadaan hewan mulai sakit sampai sekarang, Kejadian
– kejadian pada waktu lampau yang ada hubunganya dengan penyakit yang sekarang
diderita. Keadaan lingkungan, hewan yang serumah/ sekandang, tetangg dsb
Menurut
Boddie (1956), sejarah
dari suatu kasus dapat dibagi menjadi pre history, immediate history, dan post
history.
a)
Prehistory. Merupakan ceerita mengenai
kejadian-kejadian sebelum terjadinya penyakit yang dikomplainkan klien..
b)
Immediate history. Merupakan sejarah sejak hewannya
pertama kali menunjukkan gejala penyakit yang dikomplainkan oleh klien hingga
saat pasien dibawa dan dirawat oleh dokter hewan..
c)
Post History. Merupakan sejarah dimana hewan
tersebut menunjukann gejala atau perubahan-perubahan setelah dirujuk ke dokter
hewan lain atau dengan pemberian obat terlebih dahulu sebelum dirujuk ke dokter
hewan
C.
Handling dan Restrain.
Handling dan restrain kuda
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1.
Halter
dan Tali Muka
Satu dari cara dasar menguasai kuda adalah
menempatkan halter dan tali muka pada kuda. Ini juga merupakan tahap pertama
dalam memperoleh control kepala kuda, dimana ini adalah kunci untuk mengontrol
kuda. Biasanya, halter diletakkan pertama, lalu tali muka disematkan di halter.
Halter mempunyai loop kecil yang ditemukan di sekitar hidung dan loop besar
yang ditempatkan di atas dan dibelakang telinga. Kaitan dan kancing digunakan
untuk membuka dan menutup loop. (Hanie, 2006). Tali muka berasal dari beberapa
material seperti nylon, kulit rami atau cotton, dan mempunyai 2 model dasar,
dengan rantai atau tanpa rantai. Tanpa rantai, tali diletakkan hanya sebagai
kendali (Hanie, 2006).
2.
Menutup
Mata
Ini merupakan metode yang dapat diterapkan pada satu
atau kedua mata. Dilakukan agar kuda tidak dapat melihat area bekerja, sehingga
tidak memberikan respon. (Hanie, 2006).
3.
Mengangkat
Kaki
Mengangkat kaki merupakan cara restrain yang pada
dasarnya bermaksud untuk mengurangi pergerakan atau mencegah adanya tendangan.
Cara seperti ini biasanya dilakukan saat melakukan pemeriksaan eksplorasi rektal atau melakukan pemeriksaan lain didaerah
belakang, seperti menghitung pulsus pada arteri coccygea, atau menghitung
temperatur melalui anus,juga ketika memasang
tapal kuda, mengambil radiografi, atau menggunting rambut (Hanie, 2006).
Sebelum mengangkat salah satu kaki, kuda harus
berdiri “kotak”, yang berarti semua keempat kaki harus langsung menopang kuda
dengan semua berat badan terdistribusi dengan rata (Hanie, 2006).
4.
Restrain
ekor
Restrain ekor efektif untuk anak kuda dan kuda poni
yang kecil. Ekor digenggam dekat pangkal dan ekor dinaikkan lurus di atas
punggung. Pada saat yang sama, digunakan lengan lain untuk melingkari pundak
atau pangkal leher (Hanie, 2006).
5.
Penggunaan
Praam/twitch
Praam adalah alat sederhana yang digunakan untuk
mengendalikan kuda yang terbuat dari tongkat kuat dan tebal, yang diujungnya
terdapat lubang dengan tali sepanjang 30 cm. Praam digunakan untuk mengalihkan
perhatian kuda dengan cara memfokuskan rasa sakit kuda pada bagian bibir atas
sehingga mempermudah pemeriksa dalam memeriksa kuda maupun ketika akan melakukan
pengambilan sampel. Penggunaan pram dilakukan dengan cara melilitkan tali praam
pada kulit bibir atas sedemikian rupa dan menjaga membran mukosa bibir terletak
didalam. Penggunaan praam hendaknya tidak lebih dari 2 jam karena dapat
menimbulkan nekrosis. (Sonsthagen, 1991)
6. Hoppless
Merupakan alat yang digunakan untuk membelenggu kaki
kuda, sehingga gerak kaki menjadi terbatas. Selain untuk restrain, hopples
dapat juga digunakan untuk casting. Hopples
berbentuk seperti pembalut yang terbuat dari anyaman tali yang ujungnya
dipasang ring. Macam-macam hopples: web hopple, english pastern hopplen two way
hopple, king hopple, english hopple, dan breeding hopple.
D.
Pemeriksaan
Umum
a.
Inspeksi
Inspeksi merupakan cara pemeriksaan,
yang meliputi melihat, membau dan mendengarkan tanpa alat bantu. Inspeksi
digunakan untuk meneliti adanya hal lain yang abnormal. Perhatikan ekspresi
muka/temperamen, kondisi tubuh, pernapasan (frekuensi, cara pengambilan nafas,
ritme dan suara–suara abnormal tanpa melakukan pemeriksaan secara auskultasi,
keadaan abdomen, posisi (berdiri/berbaring), sikap, langkah, permukaan tubuh,
pengeluaran dan bau abnormal dari lubang-lubang pelepasan (hidung, mulut, anus,
telinga, mata), adanya suara abnormal seperti batuk, bersin, ngorok, dll.
b.
Pulsus
Prinsip pemeriksaan pulsus adalah
mengambil pulsus primer yang dapat diraba, dapat menggunakan alat (stetoskop)
maupun manual. Pada kuda, pemeriksaan pulsus dilakukan pada arteri
maxillaris/maxillaris eksterna pada incisura vasorum. Hasil yang dicermati dari
pemeriksaan pulsus antara lain adalah frekuensi per menit (pada kuda, normalnya
36-48/menit), ritme atau irama (berhubungan dengan amplitudo berapa jarak
antara denyutan yang ke 1, 2, 3 dst. Apabila dalam keadaan normal, maka
amplitudonya sama), serta kualitas (dilakukan pada waktu hewan tenang dan
jangna dilakukan di tempat panas) ( McCurin, 2002).
c.
Nafas
Pemeriksaan
nafas biasanya dilakukan secara manual pada thoracoabdominal (melihat kembang
kempis gerakan thorax dan abdomen) dan hidung (dengan meletakkan tangan di
depan hidung). Hasil yang dicermati adalah frekuensi, biasanya semakin kecil
hewan, frekuensi nafasnya semakin tinggi, setiap inspirasi dan ekspirasi
dihitung 1 kali permenit (untuk hewan besar→frek nafas : frek pulsus = 1 :3), ritme
dan kualitas. Pada kuda, normalnya adalah 14-48 x /menit.
d. Suhu
tubuh
Sebelumnya olesi ujung thermometer dengan bahan pelican
(missal vaselin). Masukkan ujung thermometer ke lubang anus, tunggu sampai
angkanya terhenti dan hitung skalanya. Suhu normal pada kuda adalah 37oC – 39oC.
e. Selaput
lendir
Pemeriksaan
konjuctiva dilakukan pada 2 mata sekaligus, karena ada hubungannya dengan
penyakit gangguan lokal atau sistemik. Gangguan lokal apabila mata yang sakit
hanya unilateral, sedangkan gangguan sistemik apabila kedua mata yang sakit.
Pertama- tama geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu
jari dengan telunjuk dan sedikit ditekan, maka akan tampak conjuctiva
palpebrum. Tekan kelopak mata bawah dengan ibu jari, maka conjuctiva palpebrum
bawah akan tampak. Perhatikan warna dan kelembapannya. Warna konjuctiva kuda,
normalnya adalah pink.
Pada pemeriksaan selaput lendir yang lain dapat
dilakukan dengan membuka selaput hidung, mulut, dan vulva dan memperhatikan
warna serta kelembapannya. Dapat pula dilakukan CRT (Capillary Refill Time atau
waktu terisinya kembali kapiler), dengan cara menekan gusi dan melepaskannya
kembali. Kemudian hitung warna gusi dari putih menjadi merah. Pada semua hewan,
termasuk kuda, normalnya adalah kurang dari 2 detik ( McCurin, 2002).
E.
Pemeriksaan
Khusus
a.
Sistem
pencernaan
Pemeriksaan alat pencernaan dimulai dengan
memperhatikan nafsu makan dan minum, dengan cara memberikan pakan atau minuman.
Hal yang perlu diperhatikan adalah mulut, abdomen, anus dan kulit sekitarnya,
kaki belakang, cara defekasi dan volume serta bentuk fesesnya (Boddie, 1962).
·
Pemeriksaan
Mulut, Pharynx, dan Esofagus
Perlu diperhatikan bau mulut dan selaput lendir
mulut, pharynx, lidah, gusi dan gigi, kemungkinan adanya lesi, benda asing, perubahan
warna, dan gangguan prehensi. Pada kuda betina membuka mulut dapat dilakukan
dengan memasukkan tangan ke spatium intraalveolar, atau dapat pula dengan alat
pembuka mulut (mouth gag).
Pharynx dipalpasi dari luar dan bila tersedia,
lakukan inspeksi pharynx menggunakan rhinopharyngoscope. Raba pula
lgl.mandibularis(submaxillaris) dan lgl. parapharyngealis (McCurin,2002).
Esophagus kuda lebih tipis dan panjang dari sapi. Perhatikan leher sebelah kiri
dan palpasi pangkal oesophagus lewat mulut. Bila ada sumbatan, ambil sonde
kerogkongan yang terbuat dari pipa karet atau plastik yang supel, masukkan
lewat hidung. Ukur dan beri tanda batas panjang dari mulut sampai lambung.
Olesi zonde dengan pelicin, dorong pelan, dan biarkan zonde ditelan. Dalam
keadaan normal, zonde dapat menembus batas tadi. Tapi, perlu diingat bahwa pada
kuda ada bagian yang menyempit yang disebut pars cardiaca esophagi ( McCurin,
2002).
·
Pemeriksaan
Abdomen
Perhatikan tingkah laku kuda yang
memberi petunjuk adanya kolik dan kemungkinan adanay muntah. Lakukan eksplorasi
rektal, perhatikan kemungkinan adanya nyeri (pada tymphani usus) dan
obstructant, dan lipatan penggantung usus (pada volvulus dan invagination)
(McCurin, 2002).
·
Pemeriksaan
usus, rektum, dan anus
Pemeriksaan dilakukan dengan auskultasi abdomen
sebelah kanan. Dengarkan suara peristaltik usus dan gabungkan dengan
pemeriksaan tinja, suhu, dan pemeriksaan umum lainnya. Untuk rektum, lakukan
palpasi per rektal, sedangkan anus diinspeksi atau palpasi dari luar (McCurin,
2002).
2.
Etiologi, Gejala Klinis dan Penanganan Kolik
Kolik adalah rasa sakit di daerah
perut, baik yang berasal dari alat pencernaan maupun bukan, yang di tandai
kegelisahan, kesakitan, dan secara langsung dengan gangguan peredaran darah dan
segala manifestasinya (Subronto., 2003).
Kuda mudah menderita kolik karena kekhususan alat pencernaan kuda, seperti:
Kuda mudah menderita kolik karena kekhususan alat pencernaan kuda, seperti:
·
Lambung kuda relative kecil
·
Pylorus kuda letaknya “terjepit” di
antara kolon dorsal dan ventral
·
Kolon dorsal dan ventral tergantung
longgar pada mesenterium yang panjang hingga mudah mengalami pemutaran atau
perubahan letak anatomis
·
Kuda memiliki saluran pencernaan
yang panjang, sedang ukuran rongga perut relative sempit
·
Kerongkongan yang panjang terletak
miring dan “terjepit”, tidak memudahkan proses muntah
·
Kuda termasuk spesies mamalia yang
tidak tahan terhadap sensasi sakit, hingga memudahkan terjadinya kolik
(Subronto., 2003).
Klasifikasi kolik
Berdasarkan
asal penyebab rasa sakit kolik;
Terdiri
dari kolik sejati, simtomatik, dan kolik palsu. Pada kolik sejati asal penyebab
rasa sakit yang terdapat di dalam saluran pencernaan, misalnya usus, lambung,
hati, dan sebagainya. Pada kolik palsu, penyebabnya terdapat dalam alat-alat di
luar sistem pencernaan makanan, misalnya ginjal, rahim, dan saluran kemih.
Kolik dikatakan sebagai kolik simtomatik bila kolik tersebut hanya merupakan
gejala ikutan dari penyakit lain, misalnya anemia infeksiosa, dan ingus tenang.
Berdasarkan
patofisiologisnya,
Kolik dibedakan ke dalam kolik
spasmodik, kolik konstipasi, kolik timpani, kolik obstruksi, kolik lambung, dan
kolik trombo-emboli (verminous colic)
Berdasarkan
jalannya penyakit.
Di kenal kolik-kolik yang
berlangsung secara sub-akut, akut dan rekuren (atau kronik). Kronik rekuren
berlangsung secara berulang-ulang tergantung pada perjalanan penyakit primernya
Berdasarkan
cara penanganan kolik
Dikenal kolik sederhana, atau kolik
non-operatif, yang penanganannya cukup dengan pengobatan medicinal, dan kolik
operatif, atau surgical kolik, yang untuk kesembuhannya diperlukan tindakan
operasi (Subronto., 2003).
Berikut ini,
merupakan klasifikasi gangguan pencernaan makanan berdasarkan perubahan patofisiologis
alat pencernaan makanan:
Kolik Konstipasi (Impaksio Kolon)
Kolik konstipasi merupakan kolik yang ditandai dengan rasa sakit perut dengan derajat sedang, anoreksia, depresi serta adanya konstipasi.
Kasus terjadi karena kurang pakan, kurangnya jumlah air yang diminum, kelelahan setelah pengangkutan, keadaan gigi yang tidak baik, setelah sakit ataupun operasi, setelah pengobatan cacing, dan pada anak-anak kuda yang baru saja dilahirkan karena retensi tahi gagak (mukonum) (Subronto., 2003).
Kolik Spasmodik (Enteralgia Kataralis) . Kolik spasmodik adalah kolik akut, disertai rasa mulas yang biasanya berlangsung tidak lama, akan tetapi terjadi secara berulang kali. Rasa mulas ditimbulkan oleh kenaikan peristaltik usus dan spasmus hingga mengakibatkan tergencetnya syaraf. Kenaikan peristaltik akan menyebabkan terjadinya diare. Kolik dapat terjadi karena pemberian pakan yang kasar yang sulit dicernakan. Juga penggantian pakan yang dilakukan mendadak dan kuda-kuda yang baru saja diberi makan kenyang segera dipekerjakan lagi (Subronto.,2003).
Kolik Timpani (Flatulent Colic) . Kolik timpani merupakan kolik yang disertai timbunan gas yang berlebihan di dalam kolon dan sekum. Pembebasan gas terhalang oleh obstruksi atau oleh perubahan lain dari saluran pencernaan. Oleh cepatnya pembentukan gas proses kolik berlangsung secara akut, yang kadang-kadang terjadi secara berulang, dan mengakibatkan rasa sakit yang sangat. Kolik timpani dapat terjadi akibat konsumsi pakan yang mudah mengalami fermentasi, atau oleh factor lain yang menyebabkan turunnya peristaltic (Subronto., 2003).
Kolik Sumbatan (Kolik Obstruksi) . Kolik obstruksi merupakan kolik yang timbul akibat terhalangnya ingesta di dalam usus, oleh adanya batu usus (enterolith, fecalith, coprolith), atau bnagunan bola-bola serat kasar (phytobezoar). Timbunan serat kasar dapat diakibatkan karena perubahan anatomi usus, seperti invaginasi, volvulus, dan strangulasi. Kolik obstruksi ditandai dengan adanya rasa sakit yang berlangsung secara progresif, terentinya secara total pasasi tinja di dalam saluran pencernaan, penurunan kondisi dan gejala autointoksikasi. Kolik obstruksi terjadi oleh adnaya sumbatan yang terjadi karena pemberian bahan makanan yang kasar dan kurangnya air yang diminum. Karena pakan hijauan yang tercampur dengan tanah(Subronto.,2003).
Kolik Lambung (Distensi Lambung) . Kolik lambung adalah kolik yang biasanya berlangsung secara akut, yang terjadi sebagai akibat meningkatnya volume lambung yang berlebihan. Kolik ditandai dengan ketidaktenangan, anoreksia total, rasa sakit yang mendadak atau sedikit demi sedikit, dan muntah. Dalam kedaan lebih lanjut gejala kelesuan dan shock terlihat lebih dominan (Subronto.,2003).
Kolik Trombo-Emboli (Arteritis mesenterica verminosa, Aneurisma verminosa)
Kolik trombo-emboli terjadi karena gangguan aliran darah ke dalam segmen usus, sebagai akibat terbentuknya simpul-simpul arteri oleh migrasi larva cacing Strongylus vulgaris. Terbendungnya saluran darah oleh thrombus dan embolus mengakibatkan terjadinya kolik spasmodik yang rekuren, sedangkan atoni segmen usus mengakibatkan terjadinya kolik konstipasi (Subronto., 2003).
Kolik Konstipasi (Impaksio Kolon)
Kolik konstipasi merupakan kolik yang ditandai dengan rasa sakit perut dengan derajat sedang, anoreksia, depresi serta adanya konstipasi.
Kasus terjadi karena kurang pakan, kurangnya jumlah air yang diminum, kelelahan setelah pengangkutan, keadaan gigi yang tidak baik, setelah sakit ataupun operasi, setelah pengobatan cacing, dan pada anak-anak kuda yang baru saja dilahirkan karena retensi tahi gagak (mukonum) (Subronto., 2003).
Kolik Spasmodik (Enteralgia Kataralis) . Kolik spasmodik adalah kolik akut, disertai rasa mulas yang biasanya berlangsung tidak lama, akan tetapi terjadi secara berulang kali. Rasa mulas ditimbulkan oleh kenaikan peristaltik usus dan spasmus hingga mengakibatkan tergencetnya syaraf. Kenaikan peristaltik akan menyebabkan terjadinya diare. Kolik dapat terjadi karena pemberian pakan yang kasar yang sulit dicernakan. Juga penggantian pakan yang dilakukan mendadak dan kuda-kuda yang baru saja diberi makan kenyang segera dipekerjakan lagi (Subronto.,2003).
Kolik Timpani (Flatulent Colic) . Kolik timpani merupakan kolik yang disertai timbunan gas yang berlebihan di dalam kolon dan sekum. Pembebasan gas terhalang oleh obstruksi atau oleh perubahan lain dari saluran pencernaan. Oleh cepatnya pembentukan gas proses kolik berlangsung secara akut, yang kadang-kadang terjadi secara berulang, dan mengakibatkan rasa sakit yang sangat. Kolik timpani dapat terjadi akibat konsumsi pakan yang mudah mengalami fermentasi, atau oleh factor lain yang menyebabkan turunnya peristaltic (Subronto., 2003).
Kolik Sumbatan (Kolik Obstruksi) . Kolik obstruksi merupakan kolik yang timbul akibat terhalangnya ingesta di dalam usus, oleh adanya batu usus (enterolith, fecalith, coprolith), atau bnagunan bola-bola serat kasar (phytobezoar). Timbunan serat kasar dapat diakibatkan karena perubahan anatomi usus, seperti invaginasi, volvulus, dan strangulasi. Kolik obstruksi ditandai dengan adanya rasa sakit yang berlangsung secara progresif, terentinya secara total pasasi tinja di dalam saluran pencernaan, penurunan kondisi dan gejala autointoksikasi. Kolik obstruksi terjadi oleh adnaya sumbatan yang terjadi karena pemberian bahan makanan yang kasar dan kurangnya air yang diminum. Karena pakan hijauan yang tercampur dengan tanah(Subronto.,2003).
Kolik Lambung (Distensi Lambung) . Kolik lambung adalah kolik yang biasanya berlangsung secara akut, yang terjadi sebagai akibat meningkatnya volume lambung yang berlebihan. Kolik ditandai dengan ketidaktenangan, anoreksia total, rasa sakit yang mendadak atau sedikit demi sedikit, dan muntah. Dalam kedaan lebih lanjut gejala kelesuan dan shock terlihat lebih dominan (Subronto.,2003).
Kolik Trombo-Emboli (Arteritis mesenterica verminosa, Aneurisma verminosa)
Kolik trombo-emboli terjadi karena gangguan aliran darah ke dalam segmen usus, sebagai akibat terbentuknya simpul-simpul arteri oleh migrasi larva cacing Strongylus vulgaris. Terbendungnya saluran darah oleh thrombus dan embolus mengakibatkan terjadinya kolik spasmodik yang rekuren, sedangkan atoni segmen usus mengakibatkan terjadinya kolik konstipasi (Subronto., 2003).
Gejala
Klinis.
Sejumlah gejala yang dapat diamati dalam menderita kuda dari
kolik. Rasa sakit perut yang disebabkan oleh kondisi ini sering memaksa kuda
terpengaruh untuk menendang perut atau perut dan menggigit pada kedua sisi.
Kuda yang terkena dapat menampilkan tidak tertarik untuk makan atau minum, dan
mungkin berbaring lebih dari biasanya, atau bangun dan berbaring berulang kali.
Kadang-kadang, itu bisa bangun dan mulai berjalan di kalangan dan kemudian
berbaring lagi. Tanda-tanda lain dan gejala kolik pada kuda dapat termasuk,
mengais-ngais tanah, sering mencoba untuk buang air kecil dan buang air besar
tidak berhasil, memutar kepala terhadap diare, panggul, menggigit sisi,
keriting bibir atas, mengerang, meregang, kegelisahan, stamping kaki, suhu
tubuh sedikit lebih tinggi dari normal, denyut nadi meningkat dan berkeringat.
Penanganan.
Insiden kolik dapat dikurangi sampai batas tertentu dengan
memberi makan kuda dengan kualitas tinggi serat (jerami atau rumput),
menyediakan pakan yang bersih bebas dari jamur dan kotoran, dan mencegah
konsumsi pasir dan kotoran. Jadwal makan yang teratur dan menghindari perubahan
pakan juga dapat membantu mengurangi resiko kolik pada kuda. Juga penting
adalah untuk menyediakan air bersih untuk kuda Anda, jerami pakan dan air
sebelum biji-bijian, memungkinkan jumlah pemilih sebanyak mungkin,
mempertahankan program latihan yang teratur dan konsisten, memilih cacingan
reguler dan menghindari makan kuda segera setelah berolahraga dan berolahraga
mereka segera setelah makan , untuk mencegah kolik kuda. Anda dapat berbicara
dengan dokter hewan, jika Anda memiliki keraguan tentang apa kuda makan dan apa
yang mereka seharusnya tidak makan.
Daftar
Pustaka.
Boddie,
F. Geo. 1962. Diagnostic Methods In Veterinary Medicine. London :
Oliver and Boyd.
Hanie,
A. 2006. Large Animal Clinical Procedures for Veterinary Technicians. Dallas :
Elsevier
Mosby
Lane,
R.D.2003. Veterinary Nursing third edition. UK : Butterworth Heinemann.
McCurin,
D. M. 2002. Clinical TextBook for Veterinary Technicians fifth edition.
Philadelphia
: Saunders.
Subronto., 2003. Ilmu
Penyakit Ternak I. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar